Neraca Ekspor Impor Indonesia Surplus 43 Bulan Berturut-turut

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Tumpukan peti kemas di kawasan Pelabuhan Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/11/2022).
Penulis: Desy Setyowati
17/12/2023, 10.57 WIB

Neraca dagang atau ekspor impor surplus 43 bulan berturut-turut. Kepala Badan Kebijakan Fiskal alias BKF Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah tetap mewaspadai risiko global.

Neraca dagang surplus US$ 2,41 miliar pada November dan mempertahankan surplus selama 43 bulan berturut-turut. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari hingga November surplus US$ 33,63 miliar.

“Kinerja neraca dagang Indonesia yang masih surplus ini mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang masih terjaga di tengah peningkatan risiko global,” kata Febrio di Jakarta, Minggu (17/12).

"Meski demikian, Pemerintah terus mewaspadai risiko global yang masih eskalatif ini," Febrio menambahkan.

Salah satu upaya yang akan dilakukan yakni mengoptimalkan peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara alias APBN untuk menyerap gejolak yang terjadi, sehingga meminimalkan dampaknya ke ekonomi nasional.

Ekspor Indonesia US$ 22 miliar atau turun 0,67% secara bulanan alias month to month (mtm) dan 8,56% secara tahunan atau year on year (yoy) pada November.

Jika dihitung selama Januari - November, ekspor mencapai US$ 236,41 miliar. Angka ini tumbuh 6,5% yoy atau 7,2% sejak awal tahun alias year-to-date (ytd).

Sementara itu, impor November US$ 19,59 miliar atau naik 4,89% mtm dan 3,29% yoy. Peningkatan ini didorong oleh impor barang modal dan konsumsi yang masing-masing naik 13,66% dan 19,82% yoy.

Produk makanan dan minuman untuk rumah tangga berkontribusi terhadap impor barang konsumsi terbesar, yaitu 31,38% yoy. Disusul oleh produk barang konsumsi setengah tahan lama 17,24%. Impor bahan baku atau penolong terkontraksi 1,05%.

Impor sepanjang Januari hingga November mencapai US$ 202,78 miliar.

Febrio menambahkan, perlambatan permintaan global yang memengaruhi aktivitas perdagangan sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara mitra dagang seperti Cina dan Amerika Serikat. Pada level regional, kontraksi ekspor dan impor juga terjadi di Malaysia dan Singapura.

“Beberapa kebijakan pemerintah seperti keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam (SDA), peningkatan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi negara mitra dagang utama, diharapkan mampu menjaga kinerja positif ekspor Indonesia, di tengah aktivitas global yang masih menantang,” ujar Febrio.

Reporter: Antara