Pembiayaan Korporasi Bank Melambat Akibat Permintaan Domestik Turun

ANTARA FOTO/Putu Indah Savitri/sgd/YU
Petugas bank menunjukkan lembaran uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (12/12) sore menguat tipis sebesar dua poin atau 0,01 persen menjadi Rp15.621 per dolar AS dari Rp15.623 per dolar AS.
19/12/2023, 14.38 WIB

Bank Indonesia (BI) melaporkan survei kebutuhan pembiayan korporasi perbankan tercatat menurun pada November 2023. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) November 2023 sebesar 14,9% atau lebih rendah dari Oktober 2023 sebesar 15,7%.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Erwin Haryono menilai, perlambatan pembiayaan korporasi tersebut disebabkan oleh penurunan kegiatan operasional sebagai dampak lemahnya permintaan domestik dan ekspor.

"Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh peningkatan kebutuhan pada sektor konstruksi. Sedangkan pada sektor industri pengolahan dan infokom terjadi perlambatan," kata Erwin dalam keterangan resmi, Selasa (19/12).

Berdasarkan survei tersebut, BI menyampaikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada periode November 2023 masih bisa dipenuhi, terutama dari dana sendiri sebesar 63,9% yang meningkat dari periode sebelumnya 63,2%.

Kemudian sumber pembiayaan yang bersumber dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik 7,4%, pinjaman/utang dari perusahaan induk 6,5%, serta pembiayaan dari perbankan dalam negeri 4,6% terindikasi menurun dibandingkan Oktober 2023.

"Responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama masih dipengaruhi aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana 82,2% serta biaya suku bunga yang murah 11,2%," ujar Erwin.

Proyeksi Pembiayaan Korporasi

Erwin memperkirakan, pembiayaan korporasi pada tiga bulan mendatang yakni Februari 2024 akan tetap tumbuh dengan SBT 27,3%, mesti tidak setinggi periode sebelumnya sebesar 29,1%.

"Pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional (81,5%) dan membayar kewajiban jatuh tempo yang tidak bisa di rollover (28,1%)," katanya.

Dalam hal ini, responden menyampaikan bahwa pemenuhan kebutuhan dana dalam tiga bulan mendatang mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri (74,0%), cenderung stabil dibandingkan bulan sebelumnya (73,9%).

Diikuti pembiayaan yang berasal dari pengajuan kredit baru ke perbankan dalam negeri (15,1%) yang meningkat juga dibandingkan bulan sebelumnya (12,7%). Sementara pembiayaan yang bersumber dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (11,0%) diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Sebagai informasi, BI menyelenggarakan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dilaksanakan secara bulanan sejak Agustus 2020. Pengolahan data menggunakan metode Saldo Bersih Terimbang (SBT).

Melalui SBT, jawaban responden dikalikan dengan bobot kredit (total 100%). Selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.

Survei dilakukan kepada korporasi dan rumah tangga baik dari sisi permintaan kredit dan perbankan dari sisi penawaran kredit dengan cakupan nasional. Tujuan survei ini untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan pembiayaan maupun penyaluran kredit di masyarakat.

Reporter: Zahwa Madjid