Ekonomi Melambat, Transaksi Berjalan RI Defisit Rp 24,97 T di 2023

ANTARA FOTO/Putu Indah Savitri/sgd/YU
Petugas bank menunjukkan lembaran uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (12/12) sore menguat tipis sebesar dua poin atau 0,01 persen menjadi Rp15.621 per dolar AS dari Rp15.623 per dolar AS.
22/2/2024, 14.41 WIB

Neraca transaksi berjalan Indonesia mencatatkan defisit sebesar US$ 1,6 miliar atau setara Rp 24,97 triliun (kurs: Rp 15.609/US$) sepanjang tahun 2023. Nilai tersebut setara 0,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Padahal pada 2022 lalu, Indonesia mangantongi surplus transaksi berjalan sebesar US$ 13,2 miliar. Realisasi ini bahkan berkontribusi 1,0% terhadap PDB pada 2022.

Adapun yang dimaksud dengan neraca transaksi berjalan merupakan neraca yang meliputi perdagangan barang dan jasa, penghasilan serta transfer berjalan.

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengungkapkan, penurunan neraca pembayaran tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor.

“Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang, seiring kondisi perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, serta permintaan domestik yang kuat,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, Kamis (22/2).

Di sisi lain, defisit neraca jasa berkurang sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara seiring pemulihan sektor pariwisata yang terus berlangsung. Transaksi modal dan finansial membukukan surplus US$ 8,7 miliar dibandingkan dengan defisit US$ 8,7 miliar pada 2022.

“Hal ini ditopang oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” ujarnya.

Selain itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 naik mencapai US$ 146,4 miliar dari US$ 137,2 miliar pada akhir Desember 2022.

“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” ujarnya.

Transaksi Berjalan RI Diramal Kembali Defisit

Ekonom Senior Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan, transaksi berjalan Indonesia akan kembali defisit pada 2024. Hal ini seiring dengan melambatkan kinerja ekspor.

"Saya kira, karena penurunan pembayaran dari negara mitra dagang pada 2024. Terutama Jepang yang hadapi resesi, Cina juga melemah sehingga potensi ekspor Indonesia ikut turun," kata Tauhid, Kamis (22/2).

Dengan begitu, transaksi berjalan pada tahun ini akan semakin kecil, karena ekonomi dunia melemah. Selain itu, karena faktor perlambatan surplus perdagangan barang serta penurunan harga komoditas Indonesia.

Prospek Neraca Pembayaran di 2024

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada 2023 mencatat surplus, ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang terbatas dan surplus transaksi modal dan finansial.

"Perkembangan terkini menunjukkan surplus neraca perdagangan masih berlanjut pada Januari 2024 sebesar US$ 2,0 miliar dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang kuat," kata Perry di Jakarta, Rabu (21/2).

Selain itu, aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik terus berlanjut di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Hal ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar US$ 3,1 miliar hingga 19 Februari 2024.

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2024 tetap tinggi sebesar US$ 145,1 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Secara keseluruhan, NPI 2024 diprakirakan tetap mencatat surplus, didukung oleh berlanjutnya surplus neraca transaksi modal dan finansial sejalan dengan tetap positifnya aliran masuk modal asing.

Menurut Perry, proyeksi NPI 2024 akan dipengaruhi oleh persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik yang lebih baik dan imbal hasil investasi yang menarik.

"Sementara itu, transaksi berjalan tetap sehat yang diprakirakan mencatat defisit rendah dalam kisaran 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB," kata Perry.

Reporter: Zahwa Madjid