Fitch Ratings Ingatkan Risiko Fiskal dan Ekonomi RI di Tangan Prabowo

Katadata/Hufaz Muhammad
Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, hadir di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu (14/2) malam.
27/2/2024, 15.55 WIB

Fitch Ratings memperkirakan ketidakpastian fiskal jangka menengah akan meningkat jika pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjabat sebagai presiden dan wakil presiden baru.

Hingga Selasa (27/2), pasangan Prabowo - Gibran masih menguasai perolehan suara Pilpres 2024 berdasarkan hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU). Keduanya meraih 58,84% atau 75,03 juta suara. Sehingga keduanya berpeluang besar melenggang ke Istana Negara.

Menurut lembaga pemeringkat kredit internasional ini, kebijakan ekonomi era pemerintahan Prabowo kemungkinan besar tidak akan berubah, namun ketidakpastian fiskal jangka menengah dapat meningkat.

“Kemungkinan kebijakan fiskal pemerintahan baru akan lebih jelas setelah mulai menjabat pada bulan Oktober 2024,” tulis riset Fitch Ratings dikutip Selasa (27/2).

Fitch Rating memperkirakan sejumlah janji kampanye Prabowo - Gibran seperti program makan siang dan susu gratis dapat menghabiskan biaya sekitar 2% terhadap produk domestik bruto (PDB) setiap tahunnya.

“Pernyataan Prabowo bahwa Indonesia dapat mempertahankan rasio utang pemerintah terhadap PDB yang jauh lebih tinggi juga menunjukkan adanya risiko terhadap proyeksi fiskal dasar yang kami hitung,” dalam riset tersebut.

Mengantisipasi hal tersebut, Fitch Rating meminta pemerintahan baru dapat meningkatkan penerimaan negara terhadap PDB secara signifikan. Dengan begitu, risiko fiskal pemerintah bisa ditekan. 

Prabowo akan Fokus pada Pembangunan Infrastruktur

Fitch Ratings memperkirakan Prabowo akan tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara seperti pada era pemerintahan Jokowi. Kemudian mempertahankan program seperti hilirisasi, memperluas industri manufaktur baterai listrik dan kendaraan listrik.

“Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan PDB riil akan tetap sekitar atau sedikit di atas 5% pada tahun ini dan tahun depan, yang akan sejalan dengan kondisi sebelum pandemi,” kata Fitch Ratings. 

Selain itu, kebijakan moneter dan fiskal akan tetap dijaga untuk mendukung stabilitas makroekonomi, setidaknya selama sisa tahun ini. Namun demikian, Fitech Ratings yakin risiko fiskal jangka menengah dapat meningkat.

Skenario dasar Fitch adalah utang pemerintah Indonesia akan terus menurun secara bertahap. Hal ini mengasumsikan bahwa akan ada dukungan luas di seluruh parlemen baru terhadap kebijakan fiskal yang hati-hati dan defisit fiskal di bawah 3% terhadap PDB.

Menurut Fitch Rating, Indonesia mempunyai batasan defisit anggaran sebesar 3% dari PDB, meskipun pembatasan ini dilonggarkan selama pandemi Covid-19. Namun defisit fiskal dengan cepat diturunkan menjadi 1,7% PDB pada 2023.

“Rekam jejak fiskal Indonesia yang kuat mencerminkan dukungan luas dari seluruh spektrum politik terhadap kepatuhan terhadap batas atas defisit,” lanjut Fitch Ratings.

Prabowo Diminta Bentuk Koalisi Multipartai

Perhitungan cepat Pilpres 2024 menunjukkan keunggulan di tangan Prabowo - Gibran. Berdasarkan perhitungan tersebut, Fitch Ratings  mendorong Prabowo untuk membentuk koalisi multi partai dalam pemerintahan baru. 

Dalam penghitungan sementara pada 19 Februari 2024, Fitech Ratings menyebut lebih dari separuh suara telah dihitung, partai Gerindra yang dipimpin Prabowo menempati posisi ke-3.

Di sisi lain, pemerintahan Jokowi akan segera berakhir. Namun peran Gibran sebagai putra Jokowi akan membantu Prabowo untuk memfasilitasi upaya dalam membangun koaliasi yang lebih luas.

"Lebih dari 80% legislatif di parlemen, akan berakhir masa jabatannya, di mana mereka berasal dari partai-partai yang mendukung pemerintahan Jokowi," tulis Fitech Rating.

Reporter: Zahwa Madjid