Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah 0,31% ke level 16.205 pada perdagangan Kamis (25/4). Para pengamat memperkirakan mata uang garuda kembali melemah hari ini.
Analis pasar uang, Lukman Leong menilai, rupiah melemah di tengah penguatan kembali dolar AS setelah data penjualan barang tahan lama atau durable goods yang lebih tinggi dari perkiraan.
“Investor juga mengantisipasi data ekonomi Produk Domestik Bruto AS yang akan dirilis malam ini,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (25/4).
Di sisi lain, keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 6,25% dinilai Lukman dapat membantu penahanan depresiasi rupiah yang lebih besar. “Untuk ke depannya akan membantu menahan depresiasi yang lebih besar, namun tidak bisa menguatkan secara signifikan,” ujarnya.
Lukman memperkirakan, rupiah akan bergerak dalam rentang 16.100-16.250.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra berpendapat, dengan data penjualan barang tahan lama AS yang lebih tinggi dari perkiraan, ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve akan berkurang.
“Data pesanan barang tahan lama AS bulan Maret, menunjukkan hasil yang lebih bagus dari proyeksi tumbuh 2,5% dari bulan sebelumnya yaitu 2,6%,” ujarnya.
Selain itu, pasar belum sepenuhnya lega dengan situasi konflik yang melandai saat ini. Pasar masih mewaspadai kemungkinan konflik kembali memanas “Sehingga pasar kembali memburu dolar AS dan emas sebagai aset aman," ujarnya.
Ariston menilai kebijakan kenaikan suku bunga acuan BI untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah bisa memberikan sentimen positif bagi pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini. Dalam proyeksinya, Potensi pelemahan rupiah ke arah 16.200, dengan potensi support di kisaran 16.100.
Melansir Bloomberg, sejumlah mata uang Asia pun menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Seperti baht Thailand melemah 0,22%, ringgit Malaysia 0,13%, yuan Cina 0,01%, peso Filipina 0,55%, serta won Korea 0,57%, dan yen Jepang turun 0,05%.