Bank Indonesia (BI) memproyeksikan nilai tukar rupiah bisa menguat ke level 15.800 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2024. Hingga Kamis sore, rupiah ditutup pada level Rp 16.187 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sepanjang tahun ini. Ia mengatakan rupiah akan tetap stabil pada level 16.200 pada triwulan II 2024.
“Kemudian akan bergerak menuju rerata Rp 16.000 per dolar AS dan menguat Rp 15.800 per dolar AS pada triwulan keempat 2024,” ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4).
Dengan prediksi tersebut, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas rupiah dari dampak penguatan dolar AS secara luas. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Rabu (24/4).
Selain itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposito facility sebesar 25 bps menjadi 5,50% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%.
Perry menjelaskan, peningkatan suku bunga ini dilakukan agar aliran modal asing tetap masuk dan imbal hasil aset keuangan domestik tetap menarik. “Dan semuanya itu untuk mendukung upaya stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya.
BI Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) menguat tajam mencapai level tertinggi 106,25 pada 16 April 2024 atau mengalami apresiasi 4,86% dibandingkan dengan level akhir tahun 2023.
Perkembangan ini memberikan tekanan depresiasi kepada hampir seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar Rupiah. Yen Jepang dan dolar New Zealand masing-masing melemah 8,91% dan 6,12% secara year to date (ytd).
Sementara mata uang kawasan, seperti Baht Thailand dan Won Korea masing-masing melemah 7,88% dan 6,55% ytd. Sementara itu, pelemahan Rupiah sampai dengan 23 April 2024 tercatat lebih rendah yakni 5,07% ytd.
“Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia, baik melalui intervensi di pasar valas secara spot dan DNDF, pembelian SBN dari pasar sekunder maupun langkah-langkah lain yang diperlukan,” ujarnya.
Domestic Non Deliverable Forward atau DNDF merupakah salah satu instrumen atau operasi moneter yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.