Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Juni 2024 mencapai US$ 20,84 miliar. Pelaksan Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan nilai ekspor tersebut turun sebesar 6,65% dibandingkan bulan sebelumnya.
Kondisi itu terjadi karena turunnya ekspor nonmigas, terutama pada komoditas bijih logam, terak, dan abu sebesar 98,32%. "Andilnya terhadap ekspor nonmigas sebesar 4,57%," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/7).
Ekspor logam mulia dan perhiasan permata juga turun. Angkanya 45,76% dengan andil terhadap ekspor nonmigas sebesar 1,97%. Lalu nikel dan barang padanya turun sebesar 25,20%, dengan andil sebesar 0,96%.
BPS mencatat, ekspor nonmigas Juni 2024 mencapai US$ 19,61 miliar. Angka tersebut turun 6,20% dibanding Mei 2024 namun naik 1,40% jika dibanding ekspor nonmigas Juni 2023.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Juni 2024 mencapai US$ 125,09 miliar. Angka ini turun 2,76% dibanding periode yang sama pada 2023. "Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai US$ 117,19 miliar turun 2,99%," tutur Amalia.
Meskipun melemah, namun Amalia menyebut nilai ekspor Indonesia pada Juni 2024 secara tahunan mengalami peningkatan. "Dibanding Juni 2023 nilai ekspor Indonesia naik sebesar 1,17%," tutur Amalia.
Ekspor nonmigas Juni 2024 terbesar adalah ke Cina sebesar US$ 4,65 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,97 miliar dan India US$ 1,84 miliar. Kontribusi ketiga negara ini mencapai 43,13%. Ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa atau sebanyak 27 negara masing-masing sebesar US$ 3,62 miliar dan US$ 1,21 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada semester pertama tahun ini berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 17,99 miliar. Lalu diikuti Kalimantan Timur US$ 12,57 miliar dan Jawa Timur US$ 12,20 miliar.