Nilai tukar rupiah terus menguat seiring pelemahan ekonomi Amerika Serikat. Namun, analis meminta pelaku pasar mewaspadai potensi pelemahan rupiah hari ini karena dolar AS terpantau menguat.
“Index dolar AS berhasil kembali ke atas level 103, dibandingkan pagi sebelumnya yang bergerak di 102.80-an,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada Katadata.co.id, Rabu (7/8).
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.00 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.151 per dolar AS. Level tersebut menunjukan penurunan sebesar 13,00 poin atau sebesar 0,08%.
Ariston menjelaskan, posisi dolar AS pagi ini kemungkinan bisa membawa rupiah berbalik melemah hari ini. “Rupiah bisa berbalik melemah ke kisaran Rp 16.180 hingga Rp 16.200 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 16.150,” ujar Ariston.
Dia mengatakan, antisipasi pasar terhadap wacana pemangkasan suku bunga acuan ASsebesar 50 basis poin pada September 2024 kelihatannya berkurang. Hal itu menurutnya menjadi sebab dolar AS bisa berbalik menguat.
Di sisi lain, Ariston mengatakan sentimen pasar terhadap aset berisiko membaik hari ini. “ Indeks saham Asia terlihat bergerak menguat pagi ini. Ini mungkin bisa membantu menahan pelemahan rupiah yang juga aset berisiko,” kata Ariston.
Sementara itu, pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong masih memproyeksikan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini. Hal itu dikarenakan kembalinya sentimen risk on di bursa ekuitas.
“Namun penguatan akan terbatas, investor menantikan rilis data perdagangan Cina dan cadangan devisa Indonesia siang ini." ujar Lukman.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan ada kemungkinan pergerakan rupiah relatif terbatas pada hari ini. Fikri memperkirakan pergerakan rupiah kecenderungan sedikit terdepresiasi ke level Rp 16.106 hingga Rp 16.266 per dolar AS.
“Faktor yang mempengaruhi rupiah hari ini FX reserves domestic, lelang SUN kemarin yang menunjukan incoming bids meningkat ketiga tertinggi di tahun ini, dan trade balance Cina,” kata Fikri.