Sejumlah ekonom memproyeksikan rupiah akan melanjutkan penguatan pada hari ini, Senin (30/9). Penguatan rupiah akan dipicu data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditure (PCE) Amerika Serikat pada Agustus 2024 yang kembali melandai menjadi 2,2% secara tahunan.
Analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong, memperkirakan rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS setelah data inflasi PCE AS yang lebih lemah dari perkiraan.
"Rupiah akan berkisar pada level 15.050 per dolar AS hingga 15.075 per dolar AS,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (30/9).
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.15 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.130 per dolar AS. Level tersebut meningkat 5,00 poin atau 0,03% dari penutupan akhir pekan lalu.
Meskipun begitu, Lukman mengatakan ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan penguatan rupiah terbatas hari ini. Salah satunya peningkatan eskalasi di Timur Tengah.
"Rupiah juga didukung oleh data manufaktur Cina yang dirilis lebih baik dari perkiraan,” ujar Lukman.
Senada dengan Lukman, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, juga memproyeksikan rupiah bisa kembali menguat hari ini. Hal itu juga dipengaruhi oleh indeks harga PCE inti AS pada Agustus 2024 secara tahunan meningkat menjadi 2,7%, dari sebelumnya tumbuh 2,6% pada Juli 2024.
“Kemungkinan ada apresiasi lanjutan ke level Rp 15.020 per dolar AS hingga Rp 15.200 per dolar AS,” kata Fikri.
Dia juga mengingatkan untuk mewaspadai kondisi tingginya tensi geopolitik di Timur Tengah yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Investor juga diperkirakan masih wait and see menjelang pergantian pemerintahan Indonesia.