Rupiah Diramal Menguat Lagi Jelang Rilis Notulensi Rapat Bank Sentral AS The Fed

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Senin (26/8/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
9/10/2024, 10.00 WIB

Nilai tukar rupiah diperkirakan menguat lagi hari ini ditopang oleh data ekonomi Amerika yang lebih rendah dari perkiraan dan sentimen bank sentral AS The Fed.

Data indeks optimisme ekonomi di Amerika naik 0,8 poin menjadi 46,9 poin per Oktober. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak April 2023, namun masih di bawah proyeksi analis 47,2.

Selain data tersebut, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menyatakan hasil lelang surat berharga syariah negara atau SBSN akan menjadi sentimen pergerakan rupiah hari ini.

Ia memprediksi rupiah menguat lagi hari ini setelah naik 35 poin ke level Rp 15.655 per dolar AS. “Harapannya hari ini rupiah bisa melanjutkan apresiasi menjadi Rp 15.532 hingga Rp 15.732 per dolar Amerika,” kata Fikri kepada Katadata.co.id, Rabu (9/10). 

Walaupun, data Bloomberg  pukul 09.15 WIB menunjukkan nilai tukar rupiah turun 0,23% menjadi Rp 16.619  per dolar AS.

Analis komoditas dan mata uang Lukman Leong memprediksi rupiah terkonsolidasi hari ini. Penguatan rupiah terhadap dolar Amerika dinilai terbatas. 

“Proyeksi ini didukung oleh kembalinya sentimen risk on di pasar ekuitas. Rupiah bisa berkisar Rp 15.600 hingga Rp 15.700 per dolar AS,” kata Lukman. 

Meskipun begitu, Lukman mengatakan pelaku pasar masih menunggu dan melihat alias wait and see sembari menantikan pidato beberapa pejabat bank sentral Amerika The Fed malam ini.

Sementara itu, Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memprediksi rupiah menguat hari ini. "Rupiah akan menguat dipengaruhi oleh antisipasi rilis notulen rapat The Fed besok, indeks dolar AS yang stabil, dan rencana pemerintah Cina menambah stimulus ekonomi," kata dia dikutip dari Antara.

Notulen rapat The Fed diperkirakan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan penurunan suku bunga The Fed yang hati-hati dengan fokus menghindari pelemahan data tenaga kerja dan pengendalian inflasi yang seimbang.

Reporter: Rahayu Subekti, Antara