Ekspor RI Anjlok 5,8% pada September 2024, BPS Ungkap Penyebabnya

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nym.
Kapal tunda melintas di dekat kapal yang tengah melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (17/9/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS terutama berasal dari sektor nonmigas sehingga dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
15/10/2024, 13.50 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia hanya mencapai US$ 22,08 miliar pada September 2024. Nilai itu turun 5,80% dibandingkan Agustus 2024.

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut kontribusi ekspor migas pada periode tersebut mencapai US$ 1,17 miliar atau turun 2,81%.

Sementara nilai ekspor nonmigas turun 5,96% menjadi US$ 20,91 miliar pada September 2024. Amalia mengungkapkan penyebab penurunan ekspor Indonesia dari sektor nonmigas.

“Penurunan terutama pada komoditas lemak dan hewan nabati, bijih logam, terak dan abu, mesin dan pelengkapan elektrik serta bagiannya,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/10).

Sementara penurunan ekspor migas terutama didorong oleh penurunan ekspor minyak 12,90% menjadi US$ 312,6 juta dan ekspor gas turun 8,87% menjadi US$ 659,5 juta pada September 2024.

Secara tahunan, nilai ekspor mengalami peningkatan 6,44% pada September 2024. “Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas terutama pada bahan bakar mineral, logam mulia dan perhiasan atau permata, serta kakao dan olahannya,” kata Amalia.

Perkembangan Ekspor Nonmigas RI

BPS juga merinci perkembangan ekspor nonmigas Indonesia berdasarkan sektor. Untuk Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi US$ 0,56 miliar. Sektor pertambangan dan lainnya mencapai US$ 3,88 miliar dan sektor industri pengolahan US$ 16,46 miliar.

“Nilai ekspor nonmigas menurut sektor mengalami penurunan secara bulanan, kecuali pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan ekspor sebesar 2,95%,” ujar Amalia.

Sementara komoditas ekspor sektor pertanian yang meningkat adalah lada hitam, buah-buahan tahunan seperti pinang, kelapa, dan manggis, kemudian mutiara hasil budidaya, udang hasil tangkap, serta sayur-sayuran.

Sedangkan penurunan ekspor nonmigas, terutama terjadi pada sektor industri pengolahan, seperti minyak, kelapa sawit, logam dasar mulia, pakaian jadi dari tekstil, serta peralatan listrik lainnya.

Adapun negara tujuan ekspor Indonesia terbesar adalah Cina US$ 5,35 miliar, Amerika Serikat US$ 2,22 miliar dan Jepang US$ 1,55 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,57% pada September 2024.

Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing berkontribusi sebesar US$ 3,91 miliar dan US$ 1,56 miliar pada periode yang sama.

Reporter: Rahayu Subekti