Profil RM Margono, Kakek Prabowo yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Kakek Presiden Prabowo Subianto, Raden Mas (RM) Margono Djojohadikusumo diusulkan menjadi pahlawan nasional. RM Margono merupakan inisiator utama pendirian lembaga keuangan yang menjadi cikal bakal bank sentral di Indonesia.
"Sejarah mencatat tinta emas RM Margono, karena memiliki semangat kebangsaan yang kuat untuk memimpin upaya pendirian Bank Sentral Indonesia di republik yang baru merdeka," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Eddy Soeparno, di Jakarta, Minggu (10/11).
Eddy, yang juga mantan bankir ini menilai terobosan RM Margono untuk membentuk bank sentral menjadi alasan kuat untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Karena upaya RM Margono telah berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dikutip dari laman kemendikbud.go.id, RM Margono merupakan seorang tokoh yang dikenal sebagai ekonom pada masa penjajahan maupun ketika Indonesia memasuki era awal pemerintahan republik.
RM Margono juga memiliki peran di pemerintahan Soekarno. Pada 25 September 1945, RM Margono mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Sementara hingga 6 November 1955.
Margono bertugas sebagai penasihat pemerintah selama menjabat sebagai ketua DPA. Namun dia tak lama menjabat sebagai Ketua DPA tak lama, dan mendapat mandat sebagai anggota.
Pria yang lahir di Banyumas pada 16 Mei 1894 itu juga sempat mengusulkan pembentukan bank sentral untuk mendukung stabilitas ekonomi negara saat berada di DPA. Berdasarkan mandat Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta, Margono juga memimpin upaya pendirian Bank Sentral Negara Indonesia.
Margono Bentuk BNI pada 1946
Pada 1946, Margono membentuk Bank Negara Indonesia (BNI). Bahkan ketika pemerintahan Indonesia hijrah ke Yogyakarta, Margono juga turut memindahkan BNI ke sana.
Dia juga terlibat dalam perjuangan diplomasi agar Indonesia mendapat pengakuan secara de facto dari negara lain. Salah satunya pada masa diplomasi Perdana Menteri Sjahrir untuk pengiriman beras ke India.
Saat itu, Margono mengurusi masalah persediaan pangan bagi rakyat Indonesia. Dia juga terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan menyelamatkan aset BNI berupa emas seberat tujuh ton saat Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 1948.
Margono berhasil menjual emas ke Macau dan hasil penjualan diperuntukkan bagi perjuangan Indonesia berupa penyediaan bahan pangan, biaya diplomasi, serta persediaan perang melawan Belanda. Peran Margono masih berlanjut hingga Indonesia mencapai pengakuan secara de facto maupun de jure setelah dilakukannya perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Pada tahun 1950, Margono membentuk Yayasan Hatta yang bergerak dibidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Pria yang wafat pada 25 Juli 1978 itu membentuk yayasan tersebut untuk meningkatkan kecerdasan penerus bangsa hingga ke depan.