Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sepanjang 2024 Indonesia mengalami surplus dalam volume perdagangan durian. Namun, nilai ekspor durian tercatat lebih rendah dibandingkan nilai impornya.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa ekspor durian sepanjang 2024 mencapai 600 ton dengan nilai US$ 1,8 juta (sekitar Rp 29,4 miliar, asumsi kurs JISDOR Rp 16.311 per 15 Januari 2024).
Sementara itu, nilai impor durian pada periode yang sama mencapai US$ 3,6 juta (sekitar Rp 58,9 miliar), meskipun volumenya lebih kecil, yakni 459,3 ton.
"Secara volume, jumlah ekspor durian Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan impor. Namun, dari sisi nilai, impor durian lebih besar," ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/1).
Tujuan Ekspor dan Asal Impor
Amalia menjelaskan bahwa dua negara utama tujuan ekspor durian Indonesia adalah Thailand dan Hong Kong.
Pada Desember 2024, ekspor durian mencapai 87,2 ton dengan nilai US$ 52.600 (sekitar Rp 857,9 juta). Negara tujuan utama ekspor pada bulan tersebut adalah Malaysia dan Hong Kong.
Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor durian pada Desember 2024 dengan volume 29,8 ton. Sebagian besar durian impor berasal dari Malaysia, dengan nilai impor mencapai US$ 246.700 (sekitar Rp 4,01 miliar).