Rupiah Berpotensi Melemah Dipicu Shutdown AS dan Pernyataan The Fed
Penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) atau resmi dilakukan sejak 1 Oktober 2025 hingga waktu yang belum ditentukan. Shutdown ini diproyeksikan akan memperlemah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memperkirakan rupiah berpotensi melemah pada perdagangan hari. Ia memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.540 per dolar AS hingga Rp 16.690 per dolar AS.
Penutupan pemerintahan AS menjadi salah satu faktor yang memicu pelemahan rupiah. Situasi ini membuat pelaku pasar lebih berhati-hati dan cenderung memilih aset aman sehingga menekan mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.
“Perilaku risk off global karena kekhawatiran berlanjutnya government shutdown di Amerika Serikat,” ujar Fikri.
Tak hanya itu, Fikri mengatakan kondisi perekonomian AS terkini juga memperkuat posisi dolar di pasar global. Hal ini karena rilis data ekonomi Amerika Serikat yang cenderung stabil seperti data ISM Manufacturing, Global Composite PMI, Non-Manufacturing PMI, hingga PMI Services.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.588 per dolar AS. Level ini melemah 25 poin atau 0,15% dari penutupan sebelumnya.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong juga memperkirakan hal yang sama. “Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS. Rupiah akan berada di level Rp 16.500 per dolar AS hingga Rp 16.650 per dolar AS,” kata Lukman.
Namun, Lukman mengatakan pelemahan ini juga dipengaruhi karena menguatnya dolar AS yang cukup besar. Hal ini sebagai respons dari pernyataan hawkish para pejabat Bank Sentral AS.
“Dua pejabat The Fed yakni Lorie Logan dan Philip Jefferson yang mengatakan bahwa The Fed perlu berhati-hati dalam menurunkan suku bunga,” ujar Lukman.