Nama Batik Lasem diambil dari salah satu daerah di pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dalam beberapa catatan sejarah, munculnya Batik Lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Di daerah tersebut, sang Laksamana mendaratkan pasukannya, juga menandakan daerah awal kedatangan masyarakat Tionghoa.
Di masa itu pula orang-orang meyakini untuk pertama kalinya mucul batik bermotif burung hong, seruni, liong, mata uang, dan banji. Ada warna merah ciri khas masyarakat Tionghoa yang tingaal di wilayah setempat.
Santoso, generasi ketiga pembuat batik ternama di Lasem, mengatakan dulu batik di daerahnya dikirim ke banyak wilayah Nusantara oleh para pedagang. Motif yang unik menjadikan batik ini diminati kalangan luas. Pada masa jayanya, Batik Lasem diekspor hingga Thailand dan Suriname.
Batik merupakan kain tradisional khas Nusantara dengan beragam jenis dari berbagai daerah. Kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu ambhatik dari kata amba yang berarti lebas, luas, kain, dan titik berarti titik atau matik. Batik sudah diakui dunia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi oleh UNESCO.
Tradisi membatik yang diteruskan secara turun-temurun masih dilestarikan dengan baik. Seiring berjalannya waktu, kain batik sudah bertransformasi menjadi tren modern, dibuat sesaui perkembangan. Pemakaiannya dari segala usia, mulai anak muda sampai orang tua dengan beragam model.
Semula, ciri khas batik lasem yakni warna mencolok, seperti merah, hijau botol, dan biru tua. Lalu ada berbagai motif, misalnya hewan berpadu dengan tumbuh-tumbuhan. Sayangnya, kata Santoso, motif khas ini kian memudar di kalangan masyarakat.
“Permintaan memang tetap ada, tapi itu hanya kain saja, yang mungkin akan dijahit lagi oleh si pembeli,” kata Santoso saat ditemui di Toko Batik Pusaka Beruang miliknya, Jumat, 13 Agustus 2021.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah pekerja menerapkan protokol kesehatan menyelesaikan proses pewarnaan kain batik di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja memasukkan batang kayu yang dgunakan sebagai bahan dasar untuk merebus kain batik selama proses pewarnaan kain batik di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja mengangkat kain batik yang sudah direbus beberapa tahap selama proses pewarnaan kain batik di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kain batiik yang sudah direbus menggunakan pewarna buatan direndam kembali untuk memisahkan lilin yang dijadikan pewarna putih pada kain batik dan beberapa tahap sebelum siap dijemur di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan kain batik di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja menjemur kain batik yang sudah direbus dengan berulang kali selama proses pewarnaan kain batik di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kain batik yang sudah direbus berulang kali selama proses pewarnaan kain batik dijemur di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pakaian pengrajin batik digantungkan di tali jemuran di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kain batiik yang sudah direbus menggunakan pewarna buatan direndam menggunakan air keras agar warna aseli kain timbul, dan selanjutnya beberapa tahap perendaman sebelum siap dijemur di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kain batik yang sudah direbus berulang kali selama proses pewarnaan kain batik dijemur di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kain batik yang sudah direbus berulang kali selama proses pewarnaan kain batik dijemur di Rumah Produksi Batik Pusaka Beruang, Karang Turi, Lasem, Jawa Tengah, Jumat, (13/8/2021). Menurut sejarah, munculnya batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Daerah Lasem sendiri meupakan tempat pendaratan pertama kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga daerah yang pertama kali kedatangan masyarakat Tionghoa.