Industry 4.0: Untuk (Si) Apa?

ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Pekerja menyelesaikan proses perakitan bodi mobil di pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Karawang, Jawa Barat, Kamis (29/3/2018). Toyota Manufacturing salah satu pabrik yang menerapkan industri 4.0.
Penulis: Ade Febransyah
Editor: Yura Syahrul
8/7/2018, 14.22 WIB

Bagaimana memainkannya di industri 4.0 ini akan ditentukan oleh orkestrasi solid dari berbagai teknologi pendukung di antaranya internet of things, 3D printing, cloud computing, artificial intelligence, dan big data analytics selain teknologi robot yang semakin otonom.

Semua tersebut memungkinkan terjadinya konektivitas dan interaksi antarsemua stakeholder dan sumber dayanya dalam jejaring bisnis. Ditambah dengan  keputusan pintar hasil analisa big data, pabrikan pintar di industri 4.0 akan mampu menghasilkan solusi cerdas. Solusinya adalah siapa melakukan apa, dalam jumlah berapa, untuk siapa, dikirimkan pada waktu apa tanpa mengorbankan keuntungan.

Melihat tawaran manfaat dari industri 4.0, tidak heran banyak negara termasuk Indonesia menyambutnya dan mulai menyiapkan roadmap implementasinya. Tapi, benarkah Industri 4.0 akan memberikan manfaat? Siapa saja yang memerlukannya?

Lanskap ketidakpastian

Sejatinya bisnis bertujuan memenuhi permintaan pasar dengan pasokan yang cukup. Namun, menjalankannya menjadi tidak mudah karena dua sisi tersebut memiliki tingkat ketidakpastian masing-masing. Semakin tidak pasti lanskap ketidakpastian yang dihadapi perusahaan baik dari sisi demand maupun supply, semakin berisiko perusahaan untuk mengamankan profitnya.

Pelaku industri 4.0 dituntut untuk mampu membuat, bukan hanya produksi massal, tapi juga hingga mass personalization. Mass personalization ini berkorespondensi dengan ketidakpastian permintaan yang tinggi, baik dari volume maupun varian produk, dan ketidakpastian pasokan yang juga tinggi.

Bagi pelaku bisnis di Tanah Air, silakan lihat posisinya dalam lanskap ketidakpastian. Bagi pembuat produk fungsional yang permintaannya stabil dan pasokannya aman, tenanglah, industri 4.0 bukan untuk Anda.

Namun untuk pembuat produk inovatif yang permintaannya cepat berubah sesuai selera konsumen, bersiaplah untuk menjadi bagian dari jejaring industri 4.0. Tapi sebaik-baiknya persiapan untuk masuk ke level lebih tinggi, adalah kemampuan membuat yang sudah dicapai sekarang ini.

Tanyalah diri masing-masing, sudahkah sekarang ini Anda memiliki sumber daya dan proses yang berkemampuan untuk membuat produk kompetitif, karena kualitas, kecepatan, dan tetap terjangkau? Jika belum, pekerjaan rumah begitu banyak untuk diselesaikan. Bagi  pembuat yang sudah hebat karena kapabilitas yang juga hebat, bekal sudah dimiliki untuk naik kelas, meski perjalanan panjang menuju industri 4.0 tidak mudah.

Masuk ke industri 4.0 bukan sekadar investasi teknologi cerdas yang otomatis menjadikan pembuat cerdas. Menjadi pemain di industri 4.0 butuh inovasi model bisnis. 

Perusahaan yang merangkul industri 4.0 harus menyadari adanya customer’s jobs to be done yang terus-menerus berubah sehingga solusi berikut value proposition juga berubah. Buat pelakunya, tanyalah lagi ke diri masing-masing, apakah memiliki komitmen tinggi untuk menaikkan tingkat kemampuan internal dan eksternal berikut proses-proses yang serba cerdas dan dibutuhkan pabrik pintar di industri 4.0?

Jika ya, sungguhkah investasi menjadi pemain 4.0 memang layak secara finansial? Jika ya, industri 4.0 memang untuk Anda. Bersiaplah menjadi pemain bisnis masa depan. Berbanggalah!

Halaman:
Ade Febransyah
Guru Inovasi Prasetiya Mulya Business School

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.