Membangun Ekosistem Bisnis Kendaraan Listrik

lucidmotors.com
Lucid Air hasil rancangan mantan anak buah Elon Musk, Peter Rawlinson, yang diklaim sebagai mobil listrik tercepat di dunia dengan jarak tempuh terjauh dalam sekali pengisian daya.
Penulis: Ade Febransyah
14/3/2021, 08.30 WIB

Skenario Ekosistem Bisnis

Di Indonesia, ekosistem bisnis dari kendaraan listrik belumlah terbentuk. Tidak seperti ekosistem bisnis kendaraan ICE yang sudah mapan. Untuk melihat seperti apa ekosistem bisnis kendaraan listrik dan siapa saja aktor-aktornya, coba lihat beberapa skenario dari ekosistem kendaraan listrik.

1. Pabrikan mobil ternama berlomba untuk menggantikan semua mobil ICE mereka dengan mobil listrik

Inilah skenario optimis dari ekosistem bisnis kendaraan listrik. Skenario ini terjadi ketika pemerintah Indonesia punya kesungguhan dan komitmen untuk menggantikan mobil BBM dengan mobil listrik. Segala keringanan pajak dan insentif diberikan kepada para pabrikan dan penyedia bahan baku sampai pembuat barang setengah jadi.

Dalam skenario ini, jelas pabrikan besar akan kembali menjadi aktor utama/focal firm dalam ekosistem bisnis mobil listrik. Mereka akan menjadi pengorkestrasi rantai pasokan dan penggerak aktor-aktor lainnya dalam ekosistem bisnis.

Adakah oportunitas bagi pemain lokal untuk berperan dalam ekosistem bisnis ini?

Di sisi suplai, perusahaan lokal bisa berperan mulai dari penyedia pasokan bahan baku nikel. Memang akan tergantung pada pilihan teknologi baterai yang akan digunakan oleh pabrikan besar. Sementara ini, nikel sepertinya akan tetap menjadi pilihan sebagai bahan baku baterai mobil listrik.

Jika ingin meningkatkan nilai tambah dalam ekosistem bisnis, perusahaan lokal yang membuat komponen atau barang setengah jadi baterai mobil listrik harus  hadir. Partisipasi maksimal dari pemain lokal di sisi suplai ini dapat terjadi jika ada keberpihakan dari pemerintah lewat kebijakan-kebijakan insentif dan pajak yang meringankan pemain lokal. Tentu tidak hanya lewat kebijakan pemerintah, pemain lokal juga dituntut kesungguhannya dalam menyiapkan model dan proses bisnis yang kompetitif untuk dapat bersaing dengan kompetitor asing.

2. Pabrikan mobil ternama menawarkan mobil hibrida selain mobil listrik berbaterai

Ini bisa jadi skenario realistis yang kemungkinan besar dijalani oleh aktor pembuat di sisi suplai. Menyadari harga mobil lisrik berbaterai yang masih mahal bagi kebanyakan pemilik mobil di Indonesia, mobil hibrida yang tetap menggunakan BBM bisa menjadi pilihan tepat untuk merangkul lebih banyak pengadopsi mobil listrik.

Kembali dalam skenario ini, aktor utama/focal firm/keystone player akan diisi oleh pabrikan-pabrikan besar. Berbagai teknologi hibrida sudah mereka kembangkan dan komersialkan. Selama harga minyak dunia masih dalam kisaran normal, mobil hibrida cukup menarik bagi sebagian pemilik kendaraan di Indonesia, terutama dari biaya bahan bakar yang bisa lebih murah.

Belum lagi dari manfaat emosional bagi pemiliknya. Akan ada pengakuan sebagai individu yang sudah punya nilai hijau dan sosok yang sukses. Mengingat masih menggunakan internal combustion engine, mobil hibrida masih menggunakan platform dan arsitektur produk seperti mobil konvensional kebanyakan. Berarti jejaring bisnis yang ada masih bisa diberdayakan.

Pemain-pemain lokal yang selama ini sudah berkontribusi terhadap pencapaian tingkat kandungan lokal yang tinggi masih bisa dipertahankan.

3. Pabrikan lokal menawarkan electric vehicles yang tepat sesuai kebutuhan lokal

Di tengah persaingan hebat para pabrikan global yang menawarkan mobil-mobil listrik mereka, ada oportunitas bagi pembuat lokal. Kendaraan listrik tidaklah hanya mobil. Bisa juga motor listrik, sepeda listrik sampai skuter listrik. Atau bisa juga van atau truk listrik untuk armada kendaraan perusahaan logistik.

Itulah ceruk pasar yang bisa diambil pembuat lokal. Era serba kendaraan listrik nyatanya memberikan demokratisasi bagi munculnya startup-startup pembuat. Di sinilah kembali peran pemerintah, universitas/lembaga riset dan penyedia infrastruktur financial dapat menstimulasi iklim membuat kendaraan listrik di Tanah Air.

Kehadiran  pembuat motor listrik seperti Gesits menunjukkan sudah terbentuk ekosistem bisnis kendaraan listrik. Motor listrik ini sudah mulai digunakan sebagai armada kendaraan layanan pengantaran makanan berbasis aplikasi. Motor listrik sudah menjadi solusi atas kebutuhan nyata di lapangan. 

Memang masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama dalam consumption chain process. Calon pengguna harus dibuat lebih sadar lagi akan kehadiran produk tersebut dan mampu mengevaluasinya dengan mudah sehingga berlanjut pada keputusan membeli. Aktor penyedia layanan purna jual dan pengisian/pergantian baterai juga harus tersebar dan mudah diakses. Aktor lain seperti penyedia layanan pembiayaan juga bisa berperan dalam proses keputusan membeli.

Produk berupa van maupun truk listrik juga dapat menjadi solusi nyata atas pekerjaan/problem kebutuhan. Perusahaan-perusahaan logistik dapat berpindah ke kendaraan listrik karena manfaat biaya bahan bakar yang dapat dikurangi. Demikian pula dengan biaya perawatannya yang bisa lebih hemat dari kendaraan konvensional.

Skenario ini mesti diperjuangkan oleh pemerintah jika ingin melihat kemunculan pembuat-pembuat hebat dari dalam negeri.

Menjadi pembuat hebat memang bukan untuk didebat. Nyatanya tidak ada negara hebat tanpa menjadi rumahnya para pembuat yang hebat. Era kendaraan listrik di depan mata. Menawarkan demokratisasi kepada siapapun. Tentu yang siap dan berkemampuan. Be prepared!

Halaman:
Ade Febransyah
Guru Inovasi Prasetiya Mulya Business School

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.