K-Pop, Keajaiban Baru Korea

Katadata/Metta Dharmasaputra
SM Town di depan Coex Mall, di kawasan Gangnam, Seoul, Korea Selatan.
Editor: Redaksi
7/1/2020, 09.10 WIB

Strategi Integrasi

Apa yang kemudian bisa kita pelajari dari fenomena K-Pop ini buat Indonesia? Satu hal yang menonjol adalah integrated branding and marketing. Sebuah sistem yang mengintegrasikan K-Pop ke dalam semua produk, jasa dan industri hiburan Korea.

Masuklah ke toko-toko di Myeongdong Night Market. Meski dibekap udara dingin yang mencapai titik beku, pusat belanja dan makanan ini super ramai. Layar-layar lebar LED sibuk membetot perhatian mata pengunjung dengan wajah para artis K-Pop yang mempromosikan beragam produk.

Produk kosmetik tentu yang menjadi favorit, karena Korea kini dikenal sebagai salah satu pusat tata kecantikan di Asia. Sejumlah resto pun tak mau ketinggalan ikut memajang foto para artis Korea.

Artis K-Pop di Layar LED di Pasar Myeongdong (Katadata/Metta Dharmasaputra)

Tak hanya itu, Korean Airlines sudah berkolaborasi dengan SuperM. Grup K-Pop yang baru dibentuk pada 2019 ini dijuluki juga sebagai The avengers of K-Pop, karena diisi oleh tujuh artis pilihan dari berbagai boyband K-Pop di bawah naungan SM Entertainment.

Sambutan pasar sangat meriah. Debutan album SuperM begitu dirilis pada Oktober lalu, langsung menembus pasar Amerika dan melejit ke puncak tangga lagu Billboard 200.

Di pesawat Korean Air, kehadiran SuperM pun langsung terasa, ketika safety video ditampilkan. Tak hanya mendemonstrasikan langkah keselamatan, SuperM juga menampilkan lagu “Let’s Go Everywhere”, yang diciptakan sebagai bagian dari kerjasamanya dengan Korean Air.

Melalui kolaborasi ini, “SuperM menjadi Korean Air Global Ambassador, untuk mempromosikan imej korporat maskapai ini sebagai brand global,” begitu tertulis di majalah maskapai ini. Sebaliknya, “Korean Air akan mempromosikan K-Pop dan budaya pop Korea ke seluruh dunia lewat jaringan globalnya.”

Strategi pemasaran lewat sinergi ini yang tampaknya berhasil dibangun oleh Korea. Karena itu, jangan heran jika Anda menonton film atau drama korea, di dalamnya ada promosi terselubung tentang makanan, kosmetik, fesyen, atau musik Korea.

Dengan cara inilah, virus Hallyu atau Korean Wave ditebar ke berbagai penjuru dunia. Orang di berbagai belahan bumi diperkenalkan tentang kebudayaan Korea Selatan melalui musik, film, drama, makanan, fesyen, dan juga tren yang dibangunnya.

Lihatlah pemandangan di Soul Cup Cafe di JYP Entertainment Building yang terletak di distrik Gandong, tak jauh dari Olympic Park, tempat Olimpiade Musim Panas digelar pada 1988 silam. Tampak yang datang dan menyeruput kopi di sana, dari berbagai negara.

Sebagian besar memang remaja putri asal Korea. Tapi, ada pula yang berhijab dan berambut pirang asal negara Barat. Mereka asyik bercanda sambil menikmati artis-artis pujaannya di layar lebar.

Di antara para artis dan grup K-Pop di bawah payung JYP Entertainment, tampak pula sang pendirinya J.Y. Park ikut tampil di layar. Di gedung ini pula, kantor pusat JYP beroperasi.

Soul Cup Cafe di Seoul. (Katadata/Metta Dharmasaputra)

Korean Wave

Di India, virus Hallyu juga mewabah—meski awalnya sulit diterima. Majalah the Rolling Stone edisi India pada 2017, yang memuat wawancara dengan pemimpin BTS Kim Namjoon, yang bernama panggung RM, langsung diserbu.

Dalam hitungan menit setelah dipublikasikan, server the Rolling Stone crash, akibat situs mereka kebanjiran trafik. Dalam sekejap hashtag #IndialovesBTS pun menjadi trending topic di Twitter, dan menduduki peringkat dua di daftar tren global.

Bagaimana dengan di Indonesia? Drama Korea sudah lama menjadi favorit acara televisi. Restoran Korea kian menjamur. Pusat pendidikan bahasa Korea kian diminati. K-Pop pun kini menjadi idola para remaja putri di kota-kota besar.

Itu sebabnya, salah satu Startup Unicorn Indonesia Tokopedia sampai menggandeng BTS untuk menjadi brand ambassador-nya. Padahal, seperti dilansir oleh Naver, perusahaan teknologi dan data berbasis di Korea, jika mengontrak BTS selama setahun untuk sebuah produk, biayanya sekitar 900 juta won. Itu dua tahun lalu, dan kini diperkirakan nilainya sudah membengkak menjadi 1,5 miliar won (sekitar Rp 18 miliar).

BTS Jadi Brand Ambassador Tokopedia (Dok. Tokopedia)

Melihat besarnya potensi ekonomi Korean Wave ini, maka Kementerian Kebudayaan, Olah Raga dan Pariwisata Korsel terus berupaya memperkenalkan budaya Korea melalui pendirian pusat-pusat kebudayaan Korea di berbagai negara.

Kementerian Luar Negeri pun rutin mengundang para fans K-Pop di berbagai negara untuk menghadiri festival dunia K-Pop yang digelar setiap tahun di Korsel. Dan kini, sebuah tempat megah tengah dipersiapkan untuk menarik lebih banyak turis.

Tak jauh dari Stasiun Changdong akan dibangun K-Pop Arena, sebuah kompleks untuk konser musik, eksibisi dan teater berkapasitas 18 ribu orang. Kompleks ini direncanakan selesai pada 2024 mendatang. Gelombang Korea tampaknya bakal kian kencang menjalar ke seantero dunia.

(Baca: Sejajar Boyband Korea, Nadiem Paling Banyak Dicari di Google Tahun Ini)

Halaman: