Deutsche Bank, Pilar Negara Jerman Terbelit Masalah Menahun

Arief Kamaludin|KATADATA
3/11/2016, 12.26 WIB

Di satu sisi, Deutsche Bank yang berkedudukan di Jerman ingin tumbuh dengan stabil sebagai bank komersial dan korporat. Namun di sisi lain, bank ini pun membidik sektor investasi.

Alhasil, langkahnya terkesan tanggung dan jauh ketinggalan dibandingkan raksasa bank investasi lain asal Inggris dan Amerika Serikat (AS), seperti Barclays, Credit Suisse, JP Morgan, Merrill Lynch, dan Citigroup.

Kedua, masalah sumber daya manusia. Di awal 1980-an, muncul rezim New Economy dalam industri keuangan, dengan kehadiran perdagangan surat utang, saham, dan komoditas. Sektor-sektor ini sudah digarap oleh sejumlah institusi finansial papan atas AS, seperti J.P. Morgan, Goldman Sachs, dan Merrill Lynch.

Yang menjadi persoalan, Deutsche bank tidak berhasil menemukan atau merekrut orang-orang yang tepat untuk ikut dalam rezim ekonomi baru tersebut. (Baca: Gagal Lobi Pemerintah Amerika, Saham Deutsche Bank Terpuruk)

Ketiga, persoalan kepemimpinan. Pada akhir 1990-an, Deutsche Bank berhasil mencatatkan pertumbuhan di bawah kepemimpinan Edson Mitchell. Berbeda dari pendahulunya yang dianggap kaku, Mitchell memiliki kebiasaan lain. Ia dikenal gemar berpesta bersama kelompok musik legendaris asal Inggris, The Rolling Stones.

Di mata teman-temannya, Mitchell mendapat julukan sosok yang “agresif dengan cara positif”. Sebelumnya, ia gagal mendapatkan promosi kenaikan jabatan di Merrill Lynch karena kepemimpinannya dianggap kasar. Namun. ternyata Deutsche Bank melirik potensi Mitchell.

Saat bergabung dengan Deutsche Bank, Mitchell membawa 50 orang terbaiknya. Tindakan semacam ini baru pertama kali terjadi selama sejarah bank asal Jerman tersebut. Kemudian, dia mendirikan divisi pemasaran global untuk mengawal transformasi Deutsche Bank menjadi bank investasi. Namun, langkah Mitchell tersebut gagal.

Divisi baru itu mengalami kerugian dan gagal melakukan integrasi dengan bank investasi asal Inggris, Morgan Grenfell, yang telah diakuisisi Deutsche Bank tahun 1989. Ketika persoalan ini belum selesai, Mitchell meninggal dalam kecelakaan pesawat tahun 2000. Meskipun, Mitchell telah mewariskan orang-orang yang berkompeten untuk Deutsche Bank.

Ketika kepemimpinan beralih kepada Josef Ackermann di tahun 2002, muncul masalah lain. Ackermann yang berasal dari Swiss ini merupakan orang asing pertama yang memimpin bank Jerman itu. Di bawah kekuasaannya, ada perubahan signifikan.

Ia mengalihkan kewenangan penting dari direksi manajemen kepada direksi pengawasan. Akibatnya, direksi pengawasan memiliki hak mengontrol direksi manajemen. Perubahan ini pun menimbulkan gejolak di internal bank tersebut.

Persoalan keempat, keterlibatan Deutsche Bank dalam tindak kejahatan. Di awal periode 2000-an hingga 2005, Deutsche Bank berhasil menjadi bank investasi Anglo-Amerika. Pada periode yang sama pula, bank tersebut mulai terlibat dalam sejumlah tindak kejahatan.

Selama 1999-2006, Deutsche Bank melakukan kesepakatan di Libya, Iran, Myanmar, Suriah, Kuba dan Korea Utara. Sejumlah kesepakatan tersebut diduga melanggar sanksi Amerika Serikat, termasuk terlibat dalam praktik pencucian uang. (Baca: IMF Kategorikan Deutsche Bank Paling Berisiko di Dunia)

Di tahun 2003, Deutsche Bank dituduh melakukan manipulasi dalam  perdagangan mata uang. Kemudian pada 2008, bank tersebut dituding “membantu” warga Amerika Serikat menyembunyikan penghasilan mereka di akun-akun bank di Swiss.

Setahun kemudian, nama Deutsche Bank muncul dalam skema penghindaran pajak. Tak berhenti sampai di sini, para trader Deutsche Bank di Korea Selatan tahun 2010 melakukan manipulasi indeks saham melalui penjualan sebundel saham senilai 1,6 miliar euro.

Tahun 2011, para pegawai Deutsche Bank di Moskow dan London terlibat dalam transfer dana sebesar 10 miliar euro keluar dari Rusia tanpa diketahui tujuan komersialnya. Pada tahun yang sama, Deutsch Bank terlibat dalam praktik “Dark Pool”, suatu platform perdagangan yang memungkinkan penjual dan pembeli tetap anonim.

Spiegel memakai sejumlah istilah untuk menjelaskan tanda-tanda keruntuhan Deutsche Bank. "Inkompetensi, keserakahan, kesombongan, kelemahan, dan dusta".

Halaman: