Faktor Risiko di Balik Laba Jumbo Garuda Indonesia

ILUSTRATOR: LAMBOK E. MARTIN HUTABARAT | KATADATA
12/10/2022, 14.51 WIB

Apalagi menurutnya, Garuda Indonesia masih menghadapi sejumlah risiko usaha. Salah satu yang paling signifikan adalah risiko kenaikan harga bahan bakar yang merupakan salah satu komponen utama beban operasional perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan bahan bakar menyumbang hampir setengah dari keseluruhan beban operasional penerbangan.

Manajemen Garuda juga menyadari hal ini. Komponen bahan bakar menjadi salah satu risiko keuangan selain nilai tukar, risiko kredit, dan risiko likuiditas. Garuda bahkan menyebut kenaikan harga bahan bakar sebesar US$ 1 per barel saja akan memangkas laba setelah pajak perusahaan hingga mengalami penurunan hingga US$ 1,6 juta.

“Strategi Grup untuk meminimalisasi risiko fluktuasi kenaikan harga bahan bakar adalah melakukan lindung nilai arus kas dengan instrumen lindung nilai “forward fuel hedge” ketika dibutuhkan,” tulis manajemen Garuda Indonesia dalam laporan keuangan.

Garuda Indonesia mencanangkan Rencana Penyelamatan melalui Restrukturisasi (RPR) demi memastikan kelangsungan usaha perusahaan. Rencana ini dituangkan melalui swjumlah skema. Optimalisasi armada pun dilakukan dari sebelumnya 210 armada kemudian dipangkas menjadi hanya 133 pesawat di 2022. Kendati demikian, perusahaan tetap berencana menambah jumlah armada menjadi 170 di 2026. Garuda juga mengubah pembayaran sewa pesawat dan mesin dari skema bulanan menjadi hitung-hitungan per jam (power by the hour).

Optimistis di Q4

Kesuksesan Garuda Indonesia menyelesaikan PKPU memang membawa angin segar bagi perusahaan. Skema penyelesaian utang Garuda akan diselesaikan melalui empat skema. Pertama, pelunasan secara bertahap melalui arus kas operasional terutama untuk nilai uang di bawah Rp 250 juta. Kedua, konversi ke ekuitas. Ketiga, modifikasi ketentuan pembayaran dalam jangka panjang. Keempat, pemangkasan utang dalam bentuk utang baru. 

Beberapa fasilitas bahkan terasa sangat mewah bagi Garuda Indonesia. Dalam skema modifikasi jangka waktu pembayaran utang kepada bank pelat merah misalnya, Garuda bisa mengubah tenor pinjaman hingga 22 tahun dengan suku bunga 0,1% per tahun. 

Maka tidak heran jika manajemen Garuda Indonesia optimistis menatap masa depan. Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra bahkan menargetkan kinerja positif di kuartal IV tahun ini. Irfan menyebutkan tiga hal yang akan menopang kinerja perusahaan. Pertama, implementasi restrukturisasi keuangan pasca PKPU. Kedua, penerbitan right issue senilai Rp 7,5 triliun yang sudah disetujui oleh Pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut suntikan modal ini akan direalisasikan pada Desember 2022.

Faktor lain yang tidak kalah penting menurut Irfan adalah peningkatan kinerja terutama terkait dengan peluang untuk menggaet lebih banyak penumpang di periode sibuk (peak season) akhir tahun ini. Apalagi jumlah penumpang hingga paruh pertama tahun ini telah meningkat 10% menjadi 6,5 juta penumpang.

Guna menggaet lebih banyak penumpang, Garuda Indonesia pun mulai agresif membuka sejumlah rute baru. Maskapai misalnya berencana membuka kembali rute penerbangan Jakarta-Melbourne dengan jadwal dua kali sepekan. Garuda juga mulai mengoperasikan kembali rute Tokyo-Denpasar mulai 1 November mendatang, setelah dua tahun berhenti beroperasi. 


Adapun di rute domestik, Garuda juga akan menambah rute penerbangan Makassar-Denpasar, yang tidak hanya diperuntukkan bagi penumpang tetapi juga untuk kargo. Rute ini dijadwalkan sebanyak tiga kali dalam sepekan.  Irfan menegaskan kinerja penerbangan Garuda akan ditopang oleh 119 pesawat di 2022. Ini terdiri dari 61 armada Garuda Indonesia dan 58 armada Citilink. 

Setelah berhasil lolos dari jeratan total utang senilai Rp 142 triliun melalui skema PKPU, Garuda Indonesia kian memang kian optimistis menatap masa depan. Menurut pakar marketing Yuswohady, salah satu modal utama Garuda Indonesia adalah branding. Ia menyebut Garuda telah menghadapi berbagai persoalan serius mulai dari skandal korupsi, pandmi Covid-19, utang jumbo, hingga ancaman dipailitkan. 

“Namun di tengah luka mendalam tersebut aset paling berharga Garuda Indonesia adalah brand. Brand telah menjadi dewa penyelamat Garuda, “ tulis Yuswohady melalui laman Instagramnya. 

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama