Enam Keuntungan Mobil Murah

KATADATA | Arief Kamaludin
Sarang Tyto Alba yang dibuat dan diletakan di tengah sawah.
Penulis: Redaksi
26/9/2013, 21.42 WIB

Hingga saat ini, pemain otomotif yang ada telah memperoleh manfaat skala ekonomi dari  pasar domestik yang besar dan berkembang. Karena itu, beberapa pabrikan otomotif memilih beberapa perusahaan mobil Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar ekspor. Misalnya, Astra International dipilih oleh pabrikan mobil Toyota, Daihatsu dan Isuzu untuk menjadi basis produksi kendaraan.  

Di sisi lain, industri otomotif Indonesia  telah memiliki formasi tenaga kerja terampil akibat alih teknologi dari produsen, serta akumulasi pengalaman produksi untuk jangka waktu yang cukup lama. Selain itu, industri otomotif ditunjang oleh industri komponen yang juga didukung oleh keahlian, teknologi dan modal dari pabrikan otomotif.  

Apa saja keunggulan produk otomotif Indonesia bila dibandingkan dengan Thailand yang juga menjadi basis produksi otomotif kawasan?

Pasar otomotif Indonesia sejauh ini masih memiliki tingkat penetrasi mobil yang rendah, yakni 40 unit per 1000 penduduk dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 140 unit per 1000 penduduk. Ini berarti ruang untuk pertumbuhan masih besar, apalagi didukung oleh populasi yang besar dan terus berkembang, yakni mencapai 250 juta jiwa, serta meningkatnya jumlah kelas menengah.  

Keunggulan lainnya, Indonesia memiliki ketersediaan tenaga kerja murah dan  terampil, serta didukung oleh kuatnya pendukung industri komponen yang mengamankan ketersediaan komponen murah dan berkualitas. Sumber daya alam melimpah juga akan mengamankan pasokan bahan baku untuk industri komponen. Demikian halnya dengan ketersediaan pembiayaan murah dari bank dan perusahaan pembiayaan.  

Apa kendala yang mengancam industri otomotif Indonesia dan perlu segera dibenahi untuk menghadapi persaingan bebas di ASEAN?  

Pertama, Research & Development (R&D) di industri otomotif Indonesia masih relatif muda dan lemah. Tenaga kerja, sistem dan sarana untuk fasilitas R&D sebagian besar dilakukan oleh pabrikan otomotif, sedangkan keterlibatan insinyur lokal masih terbatas. Kedua, infrastruktur yang baik masih kurang, seperti listrik, komunikasi dan jalan tol untuk memastikan konektivitas antar negara dengan biaya logistik yang kompetitif. Ketiga, tumpang tindih peraturan pemerintah dan kebijakannya yang dapat menghalangi investasi asing untuk datang. Keempat, sistem hukum yang lemah dan penegakan.

Halaman:
Reporter: Redaksi