Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendata adopsi transportasi publik di wilayah perkotaan Indonesia jauh di bawah kota metropolitan lain di Asia. Adopsi transportasi publik di Jakarta, Bandung, dan Surabaya bahkan masih mencapai di bawah 20%. 

Menurut data Bappenas, angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Kuala Lumpur dan Bangkok yang mencapai 20% hingga 50% atau Singapura yang mencapai lebih dari 50%.

Presiden Intelligent Transport System Indonesia William Sabandar menilai, hal tersebut bukan hanya disebabkan oleh teknologi transportasi yang rendah. Adopsi transportasi publik juga terkait dengan desain sistem transportasi modern yang dibuat dan implementasinya. 

"Teknologi itu alat. Kadang-kadang kita cuma mengedepankan teknologinya, tapi kita tidak siap saat teknologinya diterapkan di sistem transportasi," kata mantan Direktur Utama PT MRT Jakarta itu di Jakarta Convention Center, Selasa (21/5).

Menurut dia, peningkatan adopsi transportasi publik dan penerapan transportasi cerdas harus dimulai dengan perubahan budaya, pembangunan sistem, dan pengawasan. Ibu Kota Nusantara nantinya akan menjadi contoh penerapan sistem transportasi cerdas atau Intelligent Transportation System. 

Bagaimana pandangan Wililam terkait kunci penerapan sistem transportasi cerdas di dalam negeri dan pengalamannya saat membangun MRT Jakarta? Berikut petikan hasil wawancaranya dengan reporter Katadata.co.id, Andi M Arief:

Apa tantangan terbesar dalam penerapan teknologi transportasi di dalam negeri?

Kalau kita mau memperkenalkan sebuah sistem transportasi bagus, maka yang harus disiapkan pertama adalah perubahan budaya. Perubahan budaya ini bisa berjalan jika pemimpin dan orang yang menjalankan perubahan budaya itu berkomitmen mau menjalankan.

Kedua adalah sistem yang baik. Jadi, harus ada kepemimpinan dan orang-orang yang terlibat harus profesional dan penuh integritas. Sistem MRT nya dibuat dengan sebuah prosedur.

Ketiga adalah bagaimana kita mengkomunikasikan penerapan sistem itu kepada semua stakeholder dan masyarakat. Cara mengkomunikasikan yang paling baik adalah dengan menunjukkan bahwa ini sistem sudah berjalan.

Keempat adalah konsisten melakukan pengawasan setelah sistem itu dilaksanakan. Sistem ini terus secara konsisten dilaksanakan. Tidak bisa ujuk-ujuk orang langsung menaati sistem.

Terakhir, penegakan hukum dan evaluasi. Dengan demikian, bisa terjadi perubahan budaya. Perubahan budaya itu tidak hanya bisa terjadi dalam Satu malam Perubahan budaya itu adalah sesuatu yang kita kerjakan secara konsisten untuk kurun waktu tertentu.

Jadi, tantangan penerapan transportasi cerdas di dalam negeri bukan teknologi?

Iya. Teknologi itu hanya alat. Kadang-kadang kita mengedepankan teknologinya, tetapi kita tidak siap saat teknologinya diterapkan di sistem transportasi.

Kalau nanti Intelligent Transportation System di Indonesia jadi tetapi tapi enggak ada leadership yang mau menegakkan sistem itu, maka tidak ada profesional yang bisa menerapkan ITS.

Bappenas mendata adopsi transportasi publik di perkotaan masih rendah atau maksimal 20%. Apakah dengan implementasi sistem transportasi yang lebih maju presentasi tersebut dapat meningkat?

Tentu saja, tetapi harus dimulai dengan perubahan budaya, pembangunan sistem, dan pengawasan.  

Artinya adopsi transportasi publik di Indonesia tetap butuh waktu lama?

Saya yakin adopsi transportasi publik bisa lebih cepat, asal lima hal itu dilaksanakan. Pertama, kepemimpinan. Sekarang kan 20% transportasi publik dan 80% kendaraan pribadi. Kita ingin menuju sebaliknya.  Mau dan bisa tidak pemerintah membalikkan itu?

Hari ini, IKN itu sudah bicara 80% transportasi publik dan 20% kendaraan pribadi. Visi IKN itu. 

Kenapa kita mau berubah komposisi tersebut? Karena kita mau menghindari kemacetan seperti di Jakarta. Kalau masyarakat Jakarta ditanya apakah mau membuat Jakarta itu tidak macet atau enggak, jawabannya apa? Mau dong, tetapi dengan syarat.

Syaratnya adalah pemerintah memperbaiki transportasi publik agar nyaman. Saya tidak melihat lagi banyak orang naik kendaraan pribadi di Inggris, karena transportasi publiknya nyaman.  Transportasi publik harus dibuat nyaman dan terjangkau agar dapat melayani semua lini masyarakat. 

Sistem transportasi muncul karena ada permintaan untuk menghubungkan pusat ekonomi. Bagaimana ITS menerapkan sistem transportasi cerdas di IKN yang notabenenya belum memiliki permintaan untuk menghubungkan pusat ekonomi?

Kami memproyeksikan IKN menjadi Intelligent Transport System City. Tema yang kami angkat dalam ITS Transportasi Forum di ITS Asia Pacific 2024 ini adalah Intelligent and Sustainable Urban Mobility.

Apa yang kita bayangkan future city itu ada di IKN. Jadi, kalau kita mau membangun sustainable and intelligent urban mobility yang ideal di IKN karena ada master plan dan leadership.

Ada tiga kriteria transportasi di IKN. Pertama, IKN ini kota yang 10 minutes city, jadi tidak ada macet. Kedua, ini kota yang 80% penduduknya akan menggunakan transportasi publik dan hanya 20% yang menggunakan kendaraan pribadi. 

Ketiga, net zero city. Kami targetkan IKN mencapai net zero emission pada 2040 atau tercapai lebih cepat dari target nasional pada 2060. Artinya, memang hanya kendaraan yang green dan bersih yang bisa masuk ke IKN, yaitu kendaraan berbasis listrik atau hidrogen. Namun, kriteria ini harus dikomunikasikan ke masyarakat karena mungkin 20-30 tahun kemudian kriteria tersebut baru bisa dicapai.

Di sisi lain, permintaan transportasi di IKN belum ada, tapi ini ada namanya projected demand. Ini kota yang dibangun dengan konsep kota hutan. Jadi, permintaanya harus didatangkan dan projected demand itu bisa dihitung dari skala kegiatan ekonomi dan administrasi yang akan terjadi di kota itu .

Transportasi di IKN akan sangat bergantung pada digitalisasi?

Iya, digital dan elektrifikasi karena kami ingin IKN menjadi kota hijau dengan menggunakan electric vehicle ecosystem. Selain itu, kami mendorong penggunaan digital autonomous transportation. Kita mendorong banyak kendaraan-kendaraan modern. Itulah simbol-simbol dari Intelligent Transport Ecosystem.

Apakah rencana di IKN ini bisa diterapkan di kota-kota besar yang lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar?

Sangat bisa. Buktinya, MRT di Jakarta. MRT itu terletak di tengah kota yang sangat rumit. You have to have this one sebagai simbol perubahan. Jadi, untuk saya, you only need one MRT jika mau mengubah kota.

Namun, ini bukan soal harga proyek transportasi dan bukan soal teknologi. Walaupun kita taruh barang mahal di sebuah kota, kalau masyarakat dan kepemimpinan tidak melaksanakan, percuma. Integrity number one.

Teknologi apapun, sebagus apapun yang kita mau terapkan, kalau orang yang mau menjalankan dan membangun transportasi tidak disiapkan dengan bagus, transportasi publik itu nanti jadi barang acak-acakan juga.

Bapak sebelumnya mengatakan butuh puluhan tahun agar ada teknologi cerdas seperti Autonomous Transit System yang akan diterapkan di IKN. Menurut bapak, teknologi cerdas apa yang bisa masyarakat rasakan dalam waktu 3-4 tahun ke depan?

Kami ingin mendorong sebuah sistem transportasi elektrik, tetapi itu hanya untuk di IKN. Semua kendaraan di IKN harus kendaraan listrik, seperti bus listrik, truk listrik, dan sepeda listrik.

Bukan bicara hanya kendaraan, tapi ekosistem pendukungnya seperti sistem pendukung, yakni charging station, production, service station, dan edukasi ke masyarakat

Apakah rencana tersebut mungkin diadopsi oleh kota-kota besar lainnya?

Justru penerapan hal tersebut di Jakarta lebih gampang.  Pertanyaannya, apakah pemerintah daerah mau mengatakan bahwa seluruh public transport di Jakarta harus kendaraan listrik? Atau apakah Pemerintah Kota Medan misalnya mau memerintahkan seluruh transportasi publik harus kendaraan listrik?

Implementasi transportasi umum berbasis listrik tidak bisa langsung diterapkan sekarang, tapi menuju kesana. Tinggal disiapkan dalam berapa tahun perubahan ke kendaraan berbasis listrik dilakukan? Proses transisi terjadi secara bertahun-tahun, tapi harus ada indikator ke situ.

Bappenas telah merencanakan untuk menambah sekitar 800 unit bus listrik di Surabaya dan Medan pada 2025-2029. Hal tersebut akan tercapai?

Kalau transisi ke kendaraan berbasis listrik untuk transportasi dilakukan secara sporadis tidak akan mungkin terjadi. Namun, target itu bisa terjadi di semua kota asal pemimpinnya ingin mengatakan: Oke, saya ingin kota saya ini menjadi kota yang public transport oriented menggunakan listrik.

Dia mengatakan dalam 10 tahun, misalnya, saya butuh 1.000 mobil listrik atau 2.000 mobil listrik. Berdasarkan itu lalu dibicarakan sistem pendananya. Semua ini didukung oleh pemerintah dan mengundang sektor swasta, tapi Pemerintah punya sebuah sikap atau sebuah kebijakan yang jelas.

Bagaimana cara investasi dari sektor swasta bisa mendanai sistem transportasi cerdas di dalam negeri?

Investasi itu pasti akan datang kalau 5 aspek yang kita bicarakan sebelumnya dilaksanakan. Leadership itu pasti akan menghasilkan kebijakan. Pada saat mau dioperasikan membangun bangun MRT, supaya MRT ini bisa sustain, kami membangun kelembagaan hingga integrasi transportasi.

Pada intinya semua pemerintah daerah sebenarnya bisa membangun sistem transportasi seperti di Jakarta asal lima aspek tersebut dijalankan. Investasi akan datang dengan sendiri, karena Investasi datang karena ada kepastian. Dan 5 aspek itu memberikan kepastian.  

Reporter: Andi M. Arief