Mengintip Prospek PGEO Usai Prabowo Sebut Danantara Prioritaskan Sektor EBT

Ringkasan
- Presiden Prabowo mengumumkan investasi US$20 miliar untuk proyek strategis termasuk hilirisasi sumber daya mineral, pengembangan teknologi, dan energi terbarukan. PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) berharap mendapatkan dukungan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk proyek-proyek energi terbarukannya.
- PGEO belum menerima suntikan modal dari Danantara, namun berharap Danantara dapat memberikan akses pendanaan, teknologi, dan mitra strategis. Direktur Utama PGEO optimis Danantara akan tertarik pada proyek panas bumi karena fundamental bisnisnya yang kuat dan prospek yang menjanjikan.
- PGEO berkomitmen mengembangkan portofolio proyek panas bumi dan menerapkan prinsip ESG untuk mendukung target bauran energi nasional dan transisi energi bersih. PGEO optimis dengan rencana commissioning Lumut Balai Unit 2 yang akan meningkatkan kapasitas energi hijau dan pendapatan perusahaan.

Presiden Prabowo Subianto sempat menyampaikan gelombang pertama investasi senilai US$ 20 miliar atau setara Rp 325 triliun digelontorkan untuk kurang lebih 20 proyek strategis. Dalam proyek strategis ini, Prabowo mengatakan akan fokus pada hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data, kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, akuakultur serta Energi Baru Terbarukan (EBT).
Salah satu perusahaan pelat merah yang menjalankan bisnis EBT adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Meski begitu, PGEO hingga kini belum dapat bocoran suntikan modal yang bakal didapat dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Yurizki Rio, mengungkapkan pihaknya belum menerima suntikan modal dari Danantara. Namun, ia berharap Danantara dapat mendukung proyek-proyek PGEO melalui berbagai hal seperti memberikan akses terhadap pendanaan baru, baik melalui investasi langsung maupun dengan membawa mitra dari luar negeri.
“Atau introduction to new technology provider, atau strategy partners yang ada di luar negeri yang memang mungkin bisa membantu mengembangkan teknologi kami,” kata pria yang akrab disapa Rex itu dalam di Jakarta, Rabu (26/3).
Seiring hal itu, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi, mengakui bahwa proyek-proyek yang dimiliki PGEO memiliki fundamental bisnis yang kuat. Apabila nantinya Danantara terlibat dalam proyek-proyek di Danantara, ia menyebut PGEO telah menyiapkan portofolio yang solid.
Lebih lanjut, Julfi optimistis bahwa sebagai Badan Pengelola Investasi (BPI), Danantara akan mencari proyek-proyek berkualitas dan ia yakin bisnis panas bumi memiliki fundamental yang menjanjikan.
Apabila menilik dari segi teknis, menurut Jufli, risiko proyek geothermal dapat dikelola dari kategori tinggi ke rendah, begitu juga sebaliknya. Selain itu, tantangan utama terkait komersialisasi dan kenaikan tarif yang selama ini sulit kini telah lebih teratasi, terutama berkat insentif yang tengah dikerjakan bersama pemerintah.
“Mulai dari risknya, mulai dari percepatan, mulai dari capex-nya, ini menjadi sangat strategis, apalagi base load, tentunya PGE mengharapkan ini akan dilirik oleh bapak-bapak dari Danantara,” ucap Jufli.
Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan berkelanjutan, Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus memperluas portofolio proyek panas bumi dengan mengembangkan berbagai Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) baru. Langkah ini bertujuan untuk mendukung pencapaian target bauran energi nasional sebesar 23% dari energi baru dan terbarukan pada 2025.
Menjelang 2025, anak usaha PT Pertamina itu juga optimistis terhadap prospek pertumbuhan, terutama dengan rencana commissioning Lumut Balai Unit 2 yang berkapasitas 55 MW tahun ini. Penambahan kapasitas ini tidak hanya memperkuat portofolio energi hijau perusahaan, tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan serta daya saing di tengah meningkatnya permintaan energi bersih.
Dari aspek tata kelola, PGE berkomitmen untuk menerapkan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) sebagai bagian dari strategi bisnis berkelanjutan. Dengan komitmen ini, PGE optimistis dapat berkontribusi dalam memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mempercepat transisi menuju energi bersih di Indonesia.