Luhut: Jangan Terlalu Negatif soal Family Office, Ada Peluang Besar untuk RI
Pemerintah tengah menggodok pembentukan family office yang akan menjadi upaya untuk turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5% untuk menjadi negara maju pada 2045.
Family office saat ini dimiliki negara-negara Asia lainnya seperti Singapura, Hong Kong, dan Uni Emirat Arab. Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meyakini, Indonesia masih memiliki peluang besar jika membentuk family office.
Seperti apa peluang family office di Indonesia dan sejauh mana persiapan pemerintah? Direktur Katadata Insight Centre Gundy Cahyadi mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di sela-sela Indonesia Africa Forum di Nusa Dua Bali pada Minggu (1/9). Berikut wawancara lengkapnya.
Prospek perekonomian global akan sedikit menurun dan resesi kelihatannya akan terjadi di Amerika dan beberapa negara maju lainnya. Saya ingin minta pendapat Pak Luhut, seberapa kuat perekonomian kita dalam satu tahun ke depan, Pak Luhut?
Memang kalau kita lihat geopolitik sekarang ini, banyak tidak menentunya. Di Cina sendiri, properti bermasalah, mereka berupaya menyelesaikan masalah itu sekarang. Ini tentu akan membawa perlambatan ekonom, karena pasar besar dunia kan Tiongkok.
Di Amerika, kita lihat pemilihan presiden, semua tahu bagaimana kerasnya antara Demokrat dengan Republik. Kemudian Gaza, Timur Tengah juga belum selesai. Ukraine juga belum selesai. Dan banyak lagi ketidakpastian dunia sekarang kita lihat.
Tapi kita beruntung, selama 10 tahun Pak Jokowi ini sudah meletakkan landasan-landasan yang cukup bagus. Saya pikir Presiden terpilih, Prabowo akan lebih mudah untuk mengkapitalisasi itu. Jadi saya optimis melihat ekonomi kita. Tapi tentu harus ada kehati-hatian.
Kita tumbuh tahun lalu kan sekitar 5%. Kita berharap memang harus bisa tumbuh 6,5%-an sampai nanti tahun 2045. Kita harus hati-hati karena bonus demografi akan habis pada 2040. Saat itu, tidak ada lagi yang mendorong ekonomi ke depan. Jadi di samping semua yang baik-baik, kendala-kendala ini harus kita cermati dengan baik.
Salah satu kendala yang selama ini menjadi sorotan adalah investasi. Salah satu wacana bagaimana caranya kita bisa meningkatkan pertumbuhan investasi adalah dengan regulasi family office. Bagaimana sebenarnya persiapannya?
Jadi sebenarnya, kami sudah pelajari ini mungkin hampir 7 bulan. Belajar ke mana? ke Abu Dhabi, karena dulu kan hukum syariah di sana, mereka bikin jadi ada common law.
Belajar juga ke Dubai, Shenzhen, Hong Kong, Singapura. Jadi pada dasarnya kita belajar ke semua tempat lah. Kami juga ajak ahli hukum dari UGM, konsultan-konsultan, macam-maca lah.
Kenapa kita terpikir dengan family office ini? Family office itu di Singapura itu mungkin ada hampir 1.500, berapa triliun dolar di situ? Duit nangkring di sana. Tapi orang melihat sekarang Singapura itu kok makin nano gitu loh. Kita melihat ada peluang.
Karena dari data yang kita dapat ada 128 ribu jutawan-jutawan yang mencari tempat singgah untuk uangnya. Katakanlah mereka punya 20 juta dolar aja setiap orangnya, sudah berapa triliun dolar itu?
Kalau saja kita ambil 10% dari jumlah itu dengan menawarkan mereka tidak bayar pajak, kita kasih segala macam insentif, asal mereka investasikan kembali dananya di sini. Paling tidak dana itu masuk bisa memperkuat tadi cadangan devisa kita atau memperkuat rupiah. Jadi saya pikir sih banyak sekali ya keuntungan di dapat.
Persiapannya sekarang ini, kita sedang revisi Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2021 tentang Kawasan Ekonomi Khusus mengenai insentif apa yang diberikan. Saya lihat ini sedang jalan.
Memang, kita kadang-kadang suka untuk berpikir negatif saja. Nanti ada money laundering, segala macam. Ya kalau enggak diawasi ini bisa saja terjadi. Kita kan ada sistem, seperti KYC di perbankan itu sudah luar biasa. Jadi saya tidak melihat ada isu.
Sekarang yang jadi isu terkait revisi PP 40 adalah bagaimana common law itu bisa dipakai di sini. Jadi best practice di daerah special economic zone.
Sebenarnya ada beberapa hal yang menurut saya juga bisa jadi terobosan. Misalnya pakai arbitrase, karena orang tidak percaya ketidakpastian hukum di Indonesia.
Kita melihat di Abu Dhabi, mereka pakai arbitrase ya common law internasional. Jadi judge-nya dari internasional yang diambil. Sehingga betul-betul independen dan tidak boleh banding lagi. Kalau sudah kalah, kalah dan bisa juga dieksekusi. kepastian hukumnya itu yang diminta oleh orang-orang yang mau investasi.
Saya lihat sudah banyak yang berminat. Saya juga ketemu dengan keluarga Porsche, yang punya perusahaan mobil. Kami bertemu di Bali. Mereka sangat ingin sekali meletakkan duitnya di Indonesia. Mereka sangat suka Bali.
Kami juga akan benahi bali sehingga menjadi quality tourism. Jadi,sebenarnya pembenahan-pembenahan ini akan membawa mungki 2 triliun dolar. Itu kalau kita hitung bodo-bodoan saja yang sekarang uangnya berputar mencari tempat singgah. Tentu kita harus berikan insentif yang bagus.
Ada kesempatan ya pak. Kalau dari segi regulasi yang jelas, investor-investor ini banyak yang sedang memikirkan kemungkinan mereka masuk ke Indonesia?
Jadi sebenarnya itu, kita berpikirnya jangan dibolak-balik. Karena kita pikirkan, wah kita nggak kenakan pajak,berarti tidak dapat apa-apa? Tapi kan tidak berhenti disitu. uangnya diinvestasikan. Ada perputaran yang membuat kita punya rupiah tambah ku dan membuat confidence orang lebih banyak. Jadi saya kira multiplier efek-nya harus dilihat.
Seperti saya bicara sama Porsche Family itu. Dia bilang saya suka sekali di Bali. Ya kan kalau suka, repot udah itu. Dia bilang ya di sini so beautiful, so relax.
Ya sudah. Nanti kita tinggal benchmark saja dengan family office di Dubai, di Abu Dhabi, di Hong Kong, di Singapura. Kita bikin sedikit penyesuaian-penyesuaian. Kalau bisa di sana, kenapa gak bisa di sini?
Kalau dari sisi SDM, bagaimana persiapannya?
Seperti kamu yang dari Stanford, ada banyak anak-anak muda, ini kan peluang. Ada juga perusahaan yang bilang, boleh nggak kami broker-in orang untuk masuk ke sini? Mereka minta fiat.
Itu urusan mereka. Kami hanya menyiapkan regulasi, tempat yang cocok untuk mereka menaruh uang. Jadi saya pikir, akan banyak sekali pergerakan.
Jangan lupa, Indonesia itu proyeknya paling banyak. Jadi, misalnya dia taruh duit US$ 100 juta atau US$ 1 miliar, mau investasi, ,kita bikin aturan. Jadi menurut saya, peluang-peluang semacam ini yang sekarang modelnya harus kita angkat.
Terkait Ray Dalio pak, sosok yang legendaris di pasar finansial. Pastinya sudah memberikan wawasannya tentang family office ini. Mungkin bisa diceritakan sedikit?
Ray Dalio memang legendaris di hedge fund. Dia salah satu saya kira terbesar, kira-kira US$ 124 miliar. Kalau dari pembicaraan, saya lihat dia sangat tertarik dengan Indonesia. Kita lihat nanti perjalanannya. Dia juga ingin bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk bicara mengenai banyak hal, Saya usul dia memberikan komentar mengenai family office ini.
Kalau secara pribadi pandangan Pak Luhut soal prospek family office di Indonesia?
Yang saya tahu, Indonesia ini tempat yang sangat bagus. Kalau kita punya aturan yang bagus, memang itu cara untuk menarik investor datang.
Kita harus memberi dulu baru mengambil, bukan mengambil baru memberi. Jadi itu menurut saya juga perlu kita lihat-lihat. Karena kalau kita tidak seperti itu, mungkin dia akan ke tempat lain, kita rugi.
Ray Dalio akan bertemu dengan Presiden Jokowi dan Presiden Terpilih Prabowo. Kira-kira apa harapan dari pertemuan ini dan apakah nantinya Ray bisa menjadi penasihat informal family office?
Tujuan kita seperti itu. Tidak ada makan siang gratis. Saya pikir karena Ray Dalio sudah teman, saya sudah mulai bisik-bisik ke dia untuk bantu kita meyakinkan orang untuk menaruh dana di Indonesia.
Mungkin juga dia akan investasi di family office. Kalau orang-orang seperti dia masuk, keluarga Porsche masuk, terlihat sukses, beberapa orang kaya lain juga akan masuk.
Selain family office, mungkin dari pelajaran Pak Luhut dalam 10 tahun terakhir, apa sebenarnya bisa kita lakukan untuk meningkatkan performance dari ekonomi?
Sebenarnya, landasan sudah dibuat Pak Jokowi, misalnya hilirisasi, digitalisasi. Itu kan luar biasa. Jadi efisiensi terjadi, korupsi akan pasti berkurang.
Saya pikir, kita harus bangga jadi orang Indonesia. Karena apa yang dilakukan Pak Jokowi selama 10 tahun ini saya kira sangat bagus. Ya tentu tidak ada yang sempurna, ada yang kurang.
Pak Jokowi sudah menyiapkan semua detail apa yang sudah sedang dan akan dikerjakan untuk nanti diteruskan pada presiden terpilih. Presiden terpilih saya lihat sangat detail juga mempelajari sehingga beliau tidak mulai dari nol lagi seperti waktu mungkin tahun 2014.
Jadi saya lihat. Mungkin nanti Pak Prabowo dilantik 20 Oktober. Dia pasti akan lebih cepat sudah bisa mengayuh kapal yang dipimpinnya ini.