Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan smelter aluminium terbesar di Indonesia milik PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) di Tanah Kuning, Kalimantan Utara, Selasa (28/3).

Sejumlah menteri dan pejabat turut mendampingi Presiden, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang, dan Bupati Bulungan Syarwani.

Selain itu ada Ketua Konsorsium Indonesia Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk Christian Ariano Rachmat, Presiden Direktur PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) Justarina S. M. Naiborhu, dan Presiden Direktur PT Kalimantan Aluminium Industry Wito Krisnahadi. 

Smelter aluminium dengan investasi sekitar US$ 2 miliar ini merupakan bagian dari pengembangan Kawasan Industri Hijau Kalimantan Utara yang dibangun KIPI. Hal itu dalam rangka mendukung program hilirisasi industri sumber daya alam yang dicanangkan pemerintah untuk memberikan nilai tambah bagi bahan mentah serta pemanfaatan energi hijau.

Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk Christian Ariano Rachmat mengatakan, pembangunan smelter sejalan dengan visi dan misi pemerintah untuk melakukan hilirisasi mineral. Dengan begitu bisa memberikan nilai tambah dan berkontribusi bagi pendapatan dan devisa negara. 

Ia berharap upaya perusahaan memberikan dampak positif bagi Indonesia dalam mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina, dan meningkatkan penerimaan pajak negara. Selain itu, mampu menyerap lebih dari 6.000 tenaga kerja lokal pada fase konstruksi dan sekitar 1.500  tenaga kerja lokal pada fase operasi. 

“Selanjutnya kami terus bekerja keras untuk mencapai target Commercial Operation Date (COD) yang direncanakan pada semester pertama tahun 2025,” ujar Christian.

PT Kalimantan Aluminium Industry yang merupakan anak perusahaan grup PT Adaro Minerals Indonesia Tbk membangun smelter aluminium di lahan seluas 600 Ha dengan kapasitas produksi aluminium pada fase pertama sebanyak 500.000 tpa aluminium. 

Dalam tahap proses produksi dan pengembangan selanjutnya, smelter aluminium Adaro ini juga akan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan standar konstruksi modern yang ramah lingkungan. 

Saat ini perkembangan pembangunan smelter aluminium meliputi pembuatan Masterplan dan Detailed Engineering Design dan telah menyelesaikan berbagai perizinan terkait. Antara lain izin lingkungan sejak Desember 2021 dengan perluasan izin untuk kegiatan jetty.

Tahapan prakonstruksi smelter aluminium juga telah berjalan. Antara lain pemesanan dan pelunasan beberapa long lead items serta pembangunan jetty untuk kebutuhan konstruksi. Alat-alat berat dan material juga telah masuk ke lokasi untuk pelaksanaan konstruksi. Selain itu, main equipment pembangkit listrik untuk mendukung operasi aluminium di tahap pertama dalam proses fabrikasi.

Upaya KAI dalam meningkatkan ketersediaan aluminium demi peningkatan daya saing produk sumber daya alam di Indonesia ini diharapkan turut membantu pemerintah dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Selain itu, turut berperan dalam mencapai target Net Zero Emission Indonesia.