Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New and Renewable Energy (NRE) Fadli Rahman mengatakan, bursa karbon memegang peranan penting dalam bisnis.
Pada prinsipnya, kehadiran bursa karbon akan mendorong perusahaan untuk menjalankan praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. Hal ini lantaran perusahaan yang mengurangi gas rumah kaca bisa menghasilkan surplus karbon. Surplus ini bisa dijual untuk meningkatkan profitabilitas.
"Kita perlu mensosialisasikan pentingnya bursa karbon dan juga memberikan awareness kepada banyak customer. kami selalu siap bursa karbon dalam menyediakan tidak hanya suplai dari karbon kreditnya sendiri tapi potensi-potensi untuk customer yang akan membeli karbon kredit baik dari Pertamina maupun luar Pertamina," ujar Fadli pada keterangan tertulis, Senin (8/7/2024).
Perlu diketahui, Pertamina NRE merupakan perusahaan pertama yang menyuplai kredit karbon di di bursa karbon atau IDX Carbon.
Hingga saat ini Pertamina NRE telah menjual 561.000 tCO2e karbon kredit di Indonesia. Pasokan bursa karbon Pertamina NRE berasal dari Pertamina Geothermal Energy Lahendong Unit 5 dan 6.
Himbauan yang sama turut disuarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) agar pelaku usaha untuk memanfaatkan bursa karbon sebagai salah satu upaya mendukung bisnis lebih bersih dan berkelanjutan.
Dari sisi bisnis, potensi ekonomi bursa karbon dinilai memiliki prospek yang cerah sehingga menjadi peluang bagi pelaku usaha di masa transisi energi.
“Ditinjau dari sisi jumlah karbon di Indonesia, pengembangan bursa karbon ini masih bisa terus ditingkatkan,” kata Deputi Komisioner Pengawas Emiten, Transaksi Efek, dan Pemeriksaan Khusus OJK Djustini Septiana.
Data IDX Carbon per Rabu (3/7/2024) menunjukkan jumlah unit karbon yang tersedia di IDX Carbon mencapai 1,34 juta ton CO2 ekuivalen, sedangkan jumlah partisipan mencapai 67 pengguna jasa karbon.
Secara year-to-date (YTD) atau sepanjang 2024 per akhir Juni 2024, nilai perdagangan karbon di IDX Carbon mencapai Rp5,88 miliar, dengan volume 114.486 ton CO2 ekuivalen.
Adapun sejak diluncurkan pada 26 September 2023, nilai perdagangan karbon mencapai Rp36,7 miliar, dengan volume 608.000 ton CO2 ekuivalen.
Djustini menyebut, upaya pengembangan IDX Carbon diharapkan dapat menarik pengguna jasa yang menawarkan sertifikat pengurangan karbon. Ini juga berlaku bagi pembeli yang ingin melakukan tebus (offset) karbon yang dikeluarkan.
“Kami berupaya untuk terus menunggu beberapa inisiasi, dan mengoptimalkan pengembangan dari pasar dalam negeri,” tambah Djustini.