Survei Ungkap Syarat Ojol Tak Keberatan Potongan 20% dan Status Mitra

(Antara/Sigid Kurniawan)
Ribuan pengemudi ojek online menggelar aksi unjuk rasa di depan kompleks parlemen di Senayan, Jakarta, pada 23 April. (Antara/Sigid Kurniawan)
Penulis: Arif Hulwan
18/9/2025, 08.11 WIB

Survei Tenggara Strategics mengungkap pengemudi ojek online (ojol) tak keberatan dengan potongan yang lebih besar dari aplikasi maupun jadi mitra dengan syarat jumlah pesanan lebih banyak, mendapat asuransi kesehatan dan kecelakaan, hingga bantuan servis kendaraan. 

Survei Tenggara Strategics ini dilakukan via telepon, Selasa (16/9) dan Rabu (17/9), dengan responden 1.052 pengemudi ojol aktif di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Menurut survei ini, potongan oleh perusahaan aplikasi menjadi salah satu isu penting yang menjadi perhatian para pengemudi ojol. Selain itu, jumlah pendapatan yang mereka terima serta biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan menjadi isu penting buat mereka.  

Hasil survei menunjukkan 82% pengemudi ojol memilih potongan 20% untuk perusahaan aplikasi tetapi mendapat banyak pesanan, daripada potongan 10% tetapi sedikit pesanan.

Selain itu, sebagian besar pengemudi ojol (54%) merasa bahwa potongan biaya aplikasi sebesar 20% dapat diterima, asalkan ada manfaat lebih yang dapat mereka terima, seperti asuransi kesehatan atau kecelakaan hingga bantuan servis motor.

Melalui survei ini, 18% pengemudi ojol juga mengaku pernah bekerja di perusahaan aplikasi yang menerapkan potongan 10%. Dari jumlah ini, 43% menyatakan bahwa pendapatan mereka kurang lebih sama dengan yang menerapkan potongan 20%.

Bahkan 42% menyatakan bahwa pendapatannya justru lebih rendah ketika mereka bekerja di perusahaan aplikasi yang menerapkan potongan 10%. Dan hanya sedikit (15%) yang menyatakan bahwa mereka mendapatkan pendapatan yang lebih banyak.

Mitra atau Karyawan Tetap?

Selain potongan komisi, isu lain yang banyak diangkat oleh beberapa kelompok pengemudi ojol adalah tuntutan mereka kepada perusahaan aplikasi untuk menjadikan mereka sebagai karyawan tetap.

Survei ini menunjukkan mayoritas dari mereka (52%) tidak mempersoalkannya status mereka sebagai mitra, karena status tersebut memberikan jam kerja yang fleksibel. 

Kelompok terbesar kedua (33%) memilih sebagai mitra dengan manfaat tambahan seperti BPJS dan asuransi kecelakaan. Dan hanya sedikit dari mereka (15%)  yang menginginkan perubahan status menjadi karyawan tetap, jika perusahaan aplikasi akan menerapkan seleksi yang ketat sehingga mayoritas dari mereka bisa kehilangan pekerjaannya. 

Sebagai gambaran umum, pengemudi ojol yang menjadi responden survei ini mayoritas berusia 31-40 tahun, setelahnya 21-30 tahun, dan yang paling kecil adalah 41-50 tahun. Dari mereka banyak yang memulai menjadi pengemudi ojol di rentang tiga sampai enam tahun yang lalu, setelah era Covid-19.

Beberapa juga dari mereka baru memulai sebagai pengemudi ojol di dua tahun terakhir. Gambaran ini dapat dikatakan bahwa menjadi pengemudi ojol adalah pilihan yang realistis ketika mereka kehilangan pekerja karena pandemi maupun di era PHK terbaru. Data dari kementerian Ketenagakerjaan menyatakan, bahwa jumlah pekerja yang terkena PHK sebanyak 42.385 orang dari sebelumnya 32.064 orang.

Survei ini dilakukan melalui telepon terhadap pengemudi ojol Grab di wilayah Jabodetabek yang aktif selama tiga bulan terakhir. Tingkat kepercayaan survei ini 95%, dengan margin of error ±3,04%. Temuan survei ini merepresentasikan pandangan populasi pengemudi ojol wilayah Jabodetabek secara keseluruhan dengan akurasi yang tinggi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.