Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad mengajukan surat pengunduran diri pada Senin (24/2). Lelaki berusia 94 tahun tersebut mundur dari jabatan PM ke-7 Malaysia, diduga akibat kisruh politik dalam negeri. Namun Raja Malaysia Yang Dipertuan Agong Abdullah masih memintanya menjadi pelaksana tugas PM hingga terpilih sosok yang baru.
(Baca: Kisruh Politik Malaysia, Perdana Menteri Mahathir Mengundurkan Diri)
“Selama periode ini, Mahathir masih akan mengelola administrasi negara hingga PM yang baru ditunjuk dan kabinet baru terbentuk,” kata Kepala Sekretaris Negara Mohd Zuki Ali pada Senin (24/2), seperti dikutip The Star, media lokal Malaysia.
(Baca: Mahathir Mohamad Paling Lama Pimpin Malaysia)
Beragam spekulasi mewarnai kemunduran Mahathir Mohamad sebagai PM Malaysia. Setelah memenangkan pemilihan umum pada 2018 lalu, dia terlibat konflik internal dengan partai pengusungnya, Pribumi Bersatu Malaysia. Selain itu, Mahathir juga ditekan untuk memberikan tampuk kekuasaan pada Anwar Ibrahim sesuai perjanjian. Spekulasi lain bahkan menyebut mundurnya Mahathir sebagai manuver guna kembali maju menjadi PM pada 2023.
(Baca: Mahathir Mohamad Ajak Jokowi Lawan Kampanye Hitam Sawit Uni Eropa)
Hubungan Mahathir Mohamad dengan Anwar Ibrahim memang mengalami pasang-surut. Hal ini bermula ketika keduanya memiliki perbedaan pandangan menangani krisis finansial 1998. Kala itu Anwar sebagai wakil PM ingin membuka bantuan asing, sedangkan Mahathir justru dikenal sebagai sosok yang anti-asing dan mengedepankan kekuatan dalam negeri.