Terus memerangi pandemi Covid-19 di garda terdepan, membuat tenaga kesehatan mengalami keletihan mental. Riset yang dilakukan Tim Peneliti dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI) menunjukkan 83 persen tenaga kesehatan merasakan burn out syndrome tingkat sedang.
Penelitian dilakukan terhadap sekitar 1.400 tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia secara daring, sekitar Agustus 2020 lalu. Tingkat kelelahan mental para nakes sangat mungkin meningkat, mengingat kasus Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir terus meningkat signifikan di Indonesia, bahkan memecahkan rekor kasus aktif beberapa kali.
Salah satu yang paling berbahaya dari munculnya burn out syndrome pada tenaga kesehatan adalah turunnya rasa percaya diri dan kemampuan mengambil keputusan.
“Tingginya risiko burnout syndrome ini dapat mengakibatkan efek jangka panjang terhadap kualitas pelayanan medis karena para tenaga kesehatan ini bisa merasa depresi, kelelahan ekstrim bahkan merasa kurang kompeten dalam menjalankan tugas, dan ini tentu berdampak kurang baik bagi upaya kita memerangi Covid-19,” ujar Ketua Tim Peneliti Dr. dr. Dewi Soemarko, MS, SpOK dalam keterangan resminya.
Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan 41 persen tenaga kesehatan mengalami keletihan emosi derajat sedang dan berat, 22 persen mengalami kehilangan empati derajat sedang dan berat, serta 52 persen mengalami kurang percaya diri derajat sedang dan berat.
Selain itu dokter, baik dokter umum maupun spesialis, serta bidan yang menangani pasien Covid-19 berisiko dua kali lebih besar, mengalami keletihan emosi dan kehilangan empati dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien Covid-19.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan