Secara nasional, Indonesia sudah memasuki era bonus demografi sejak 2012 dan diprediksi berakhir pada 2037. Saat ini Indonesia sedang berpacu dengan waktu karena puncak keemasan bonus demografi Indonesia diperkirakan berlangsung antara 2020-2024. Saat itu, 100 penduduk produktif berumur 15-64 tahun hanya akan menanggung hidup 45,4 penduduk tidak produktif, yaitu anak-anak (65 tahun).
Bonus demografi sudah di depan mata. Namun, sayangnya terjadi pandemi Covid-19 di seluruh dunia, sehingga semakin menyulitkan Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi tersebut. Sejumlah besar tenaga kerja tidak terampil, ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, kemungkinan akan memicu situasi yang dapat menghilangkan jutaan pekerjaan. Sejak pandemi melanda, Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan secara global hampir 2,7 miliar pekerja yang mewakili 81 persen tenaga kerja dari seluruh dunia berada dalam risiko.
Upaya mengatasi peningkatan jumlah pengangguran menghadapi tantangan besar karena kemungkinan penyerapan kembali tenaga kerja tidak akan sebesar jumlah tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) merekomendasikan strategi meningkatkan kesempatan bagi kaum muda untuk memperoleh pekerjaan yang layak melalui dua fokus ketrampilan, yaitu ketrampilan bekerja dan keterampilan berwirausaha. Peningkatan kualitas SDM jelas bukan tugas pemerintah saja, tetapi juga semua elemen masyarakat, termasuk organisasi nirlaba.
Salah satu organisasi nirlaba yang memiliki program peningkatan kualitas SDM, khususnya pemberdayaan pemuda adalah Indonesia Business Link (IBL). IBL menggandeng Citibank untuk mengadakan Skilled Youth Program. Program ini bertujuan meningkatan kapasitas soft skill maupun hard skill para pemuda agar siap bekerja atau menjadi wirausahawan yang andal.
Selama empat kali penyelenggaraan, Skilled Youth Program mampu memberi dampak positif terhadap para pemuda yang mengikuti pelatihan tersebut. Sudah terdapat 1.048 pemuda yang mengikuti program ini dengan 802 di antaranya meningkatkan kualitas untuk kesiapan bekerja dan 246 lainnya fokus berwirausaha. Saat ini sudah terdapat 311 orang yang mendapat pekerjaan, 31 orang memulai usaha, 62 orang meningkatkan (scale up) bisnisnya, dan 2 orang meningkatkan bisnisnya pada sektor sosio-enterpreneur.