Siklon tropis Seroja telah menyebabkan banjir bandang di Nusa Tenggara Timur pada akhir pekan pertama April 2021. Angin yang pertama kali muncul di Laut Sawu ini punya kecepatan pusaran 85 km/jam saat terbentuk menjadi siklon. (Analisis Data: Alarm Bahaya Perubahan Iklim dari Siklon Tropis di Indonesia)

Seroja bukan siklon tropis pertama yang terjadi di Indonesia, melainkan Durga yang terbentuk di perairan barat daya Bengkulu pada 2008. Awalnya, siklon tropis diberi nama tokoh wayang tersebut, tetapi menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. (Baca: Gempa M 6,7 di Malang, Getarannya Terasa Hampir di Seluruh Jatim)

“Ada persepsi kurang baik di masyarakat. Ada yang anggap Durga baik, ada yang tidak,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya 6 April 2021 lalu.

BMKG kemudian mengubah penamaan siklon di tanah air dengan nama bunga dan buah. Tujuannya agar tidak memberi kesan menakutkan di tengah masyarakat. Misalnya, Anggrek yang terjadi pada 2010 dan Bakung pada 2014.

Dua siklon tropis juga terjadi pada 2017, yakni Cempaka di perairan selatan Jawa dan Dahlia di selatan Bengkulu. Pada tahun berikutnya, siklon tropis Flamboyan dan Kenanga muncul di perairan barat daya Sumatera. Selanjutnya, ada siklon tropis Lili pada 2019 dan Mangga pada tahun lalu. (Analisis Data: Perempuan dan Milenial dalam Aksi Teror di Indonesia)

Penamaan siklon tropis berlaku di semua stasiun meteorologi. Hal ini bertujuan agar siklon tropis yang terjadi mudah diberitakan dan diingat, meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat terhadap bencana. Di samping itu untuk menghindari kesalahan komunikasi antarstasiun pemantau cuaca internasional.