Program vaksinasi Covid-19 telah berjalan delapan bulan. Namun berita bohong atau hoaks terkait vaksin masih menjadi keresahan bagi masyarakat. Salah satu hoaks yang sempat beredar adalah vaksin yang mengandung microchip magnetik.
Berawal ketika beredar video yang menunjukkan seseorang meletakkan logam di lengan bekas suntikan vaksin Covid-19 viral di media sosial. Dikabarkan logam tersebut menempel di bagian tubuh yang disuntikkan, disertai narasi bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik.
Melansir BBC, Wakil Direktur Laboratorium National High Magnetic Field Laboratory, Amerika Serikat Eric Palm menjelaskan, jikapun menyuntikkan partikel magnetis maka kadarnya akan terlalu rendah karena jarum suntik berukuran sangat kecil. Ini berarti tidak ada kekuatan yang cukup untuk membuat logam menempel pada kulit.
Kandungan magnet dalam vaksin juga tidak benar dan tidak berdasar. Hal ini dijelaskan oleh peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Northwestern University, Thomas Hope, mengutip dari laman Satgas Covid-19.
Menurutnya, vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan beberapa komponen bahan kimia yang berfungsi menjaga tingkat keasaman (pH). Adapun dari berbagai bahan tersebut tidak ada satupun yang bereaksi dengan magnet.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan, ada tujuh kandungan yang terdapat dalam vaksin Covid-19. Pertama, antigen yang berfungsi merangsang imun tubuh untuk melawan virus. Kedua, adjuvant yang berfungsi meningkatkan respon imun terhadap vaksin.
Ketiga, pengawet yang berfungsi mencegah vaksin terkontaminasi zat lain ketika botol terbuka. Keempat, stabilisator untuk mencegah reaksi kimia di dalam vaksin. Kelima, surfaktan sebagai zat pencampur. Keenam, pelarut yang merupakan air murni, dan terakhir residu atau zat sisa yang digunakan dalam proses pembuatan vaksin.