Mal di Jakarta, Bogor, Debok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 96 bangunan pada tahun lalu. Jumlahnya akan terus bertambah hingga 2025. Padahal, menurut konsultan properti Colliers, tingkat hunian pusat belanja terus melandai sejak 2019.
Per kuartal keempat 2022, rata-rata tingkat okupansi mal di wilayah itu hanya 68,9%. Angkanya menurun tipis dari rata-rata tahun sebelumnya. Di Jakarta tingkat okupansi mal ketika itu sekitar 70,9% dan Bodetabek 80%.
Dari pantauan Katadata.co.id, ada tiga mal yang masih sepi pengunjung, seperti Plaza Semanggi, Blok M Square, dan Ratu Plaza. Lokasi ketiganya yang berada di pusat kota tidak menjamin ramai pengunjung. Akibatnya, mayoritas toko di dalamnya tutup permanen.
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Tutum Rahanta mengatakan, pemerintah perlu meniru strategi Singapura dan Malaysia. Di dua negara ini, mal terhubung dengan stasiun MRT sehingga bisa menarik minat warga ke pusat perbelanjaan.
Selain itu, para pemilik mal di dua negara tersebut bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membangun jembatan penghubung dengan stasiun MRT. Fasilitas ini pun bisa dimanfaatkan untuk mengurai kemacetan.
Ia pun menyayangkan baru ada satu mal perbelanjaan di Indonesia yang terhubung dengan Stasiun MRT, yaitu Blok M Plaza. Padahal, semestinya mal besar yang berada di tengah kota seperti Grand Indonesia atau Plaza Indonesia terhubung dengan stasiun MRT.