Teknologi seperti pedang bermata dua bagi manusia. Pada satu sisi, teknologi telah memberikan banyak perubahan signifikan bagi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain, teknologi itu sendiri bisa membawa risiko negatif bagi pengguna.
Contohnya adalah media sosial (medsos). Keberadaan medsos berhasil membuka akses terhadap pengetahuan dan informasi, serta mempermudah komunikasi. Tapi medsos juga menimbulkan banjir informasi, bahkan menjadi tempat penyebarluasan hoaks.
Bagi sebagian pengguna, media sosial bahkan menjadi candu. Oleh karena itu, muncul prinsip digital minimalism sebagai upaya untuk mengontrol diri agar tak terjebak di dalam hingar bingar teknologi.
Gagasan utama yang diusung digital minimalism sebenarnya sederhana, yaitu meninjau ulang manfaat dari teknologi. Guna menerapkannya, seseorang harus menyadari penuh manfaat sekaligus risiko teknologi.
Beberapa manfaat digital minimalism, misalnya dengan menerapkan prinsip ini maka seseorang bisa menjadi lebih fokus dan konsentrasinya tak mudah teralih. Kemudian, individu menjadi lebih punya banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain yang mungkin lebih berguna.
Prinsip digital minimalism juga membantu seseorang bisa lebih peka mengukur kebutuhannya terhadap teknologi. Jika Anda termasuk orang yang merasa kewalahan dengan banjir informasi dan interaksi di medsos, misalnya, tak ada salahnya mencoba detoks digital sementara waktu.
Sebagian orang juga menilai, digital minimalism dapat mendorong kesejahteraan mental. Bahkan, membantu mendapatkan keseimbangan hidup di antara ruang personal dengan pekerjaan.
Prinsip digital minimalism pun sejatinya sejalan dengan literasi digital. Masing-masing individu diharapkan bisa memiliki kecakapan digital (digital skill) untuk diterapkan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia makin cakap digital.