Menjelang puasa, harga komoditas beras terus melonjak menjauhi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada 2023 lalu. Rata-rata harga eceran beras jenis premium sudah menyentuh Rp16.270 per kg (naik 8,2% dari 1 Januari 2024) dan beras jenis medium menyentuh Rp14.210 per kg (naik 7,7% dari 1 Januari 2024).
Jika dibedah per provinsi, Jawa Barat dan semua provinsi di Pulau Jawa mengalami lonjakan tertinggi kenaikan harga beras baik jenis premium maupun medium. Di Jawa Barat saja, kenaikannya mencapai lebih dari 15% sejak awal tahun. Beberapa provinsi lain yang mengalami lonjakan cukup tinggi termasuk Sulawesi Barat, Gorontalo, Bali, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat.
Salah satu penyebab utama melambungnya harga beras adalah gagal panen akibat dampak berkepanjangan fenomena El Nino tahun lalu. El Nino mengakibatkan jadwal panen menjadi mundur. Ditambah dengan banjir akibat perubahan cuaca yang menyebabkan jalur utama distribusi beras seperti Demak terganggu.
Penyebab lain adalah meningkatnya permintaan beras di tengah masa kampanye menjelang Pemilu 14 Februari lalu. Menurut Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan seperti dikutip dari CNBC, terdapat masalah sinkronisasi data antara penyaluran beras untuk bantuan sosial (bansos) dengan beras untuk pedagang pasar.
Situasi global yang turut menyebabkan melonjaknya harga beras adalah konflik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah yang berakibat pada mahalnya harga pupuk. Salah satu pemasok beras utama ke Indonesia yaitu India juga melakukan pembatasan ekspor sejak tahun 2023 lalu.