Sebanyak 16 perusahaan pelat merah mengajukan penyertaan modal negara (PMN) senilai total Rp44,24 triliun pada 2025. Usulan PMN ini naik dibandingkan alokasi PMN untuk BUMN 2024 sebesar Rp22,7 triliun. Kenaikan PMN selaras dengan peningkatan setoran dividen BUMN.
Selama 2021-2024, total PMN untuk BUMN mencapai Rp223,9 triliun. Mayoritas PMN ini adalah untuk penugasan proyek-proyek pemerintah. Selama lima tahun terakhir, sektor manufaktur merupakan sektor dengan alokasi PMN terbesar.
Jika ditotal dengan usulan 2025, PT Hutama Karya bakal menerima alokasi PMN total Rp95,71 triliun sejak 2021. Beberapa tahun terakhir PT Hutama Karya mengajukan PMN untuk penyelesaian pembangunan Jalan tol Trans Sumatera.
Beberapa BUMN lain yang menerima alokasi besar sejak 2021 seperti PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) di sektor asuransi dan dana pensiun, PT Kereta Api Indonesia (KAI) di sektor logistik, dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di sektor energi.
BPUI yang mengajukan PMN sebesar Rp3 triliun di 2025, bakal menggunakan PMN untuk penguatan permodalan kredit usaha rakyat (KUR). Pada 2021, BPUI menggunakan PMN untuk rekonstruksi Jiwasraya.
KAI mengajukan PMN sebesar Rp1,8 triliun untuk pengadaan trainset baru. Pada 2021, KAI menerima kucuran PMN untuk pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
PLN yang mengajukan PMN sebesar Rp3 triliun untuk tahun depan bakal digunakan untuk program listrik desa. PMN yang diterima PLN di tahun-tahun sebelumnya juga fokus pada pembangunan transmisi, gardu induk, dan distribusi listrik masuk desa.
Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, untuk pertama kalinya PMN BUMN dialokasikan dari dividen BUMN sendiri. Sebelumnya, PMN BUMN bergantung pada utang negara.
“Saat ini PMN diajukan dengan mengambil dividen dari BUMN. Kalau dikalkulasikan, masih surplus antara dividen yang dimasukan ke dalam keuangan negara dengan PMN yang dialokasikan untuk BUMN-BUMN,” kata Erick pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu 10 Juli.
Untuk diketahui, realisasi dividen BUMN dari tahun 2020 sampai paruh pertama 2024 adalah sebesar Rp279,4 triliun.