Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 mengalami penurunan menjadi 5,05% year on year (yoy). Walaupun masih tumbuh di atas 5%, laju ini menunjukkan sedikit perlambatan dari kuartal I-2024 yang masih 5,11% yoy.
Beberapa komponen yang menjadi penyebab perlambatan ekonomi ini adalah penurunan konsumsi rumah tangga dan pemerintah, hingga kinerja industri manufaktur dan pertambangan.
Baik belanja pemerintah maupun belanja konsumsi rumah tangga mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu. Laju belanja pemerintah misalnya, turun drastis dari 10,4% pada kuartal II-2023 menjadi 1,42%. Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan karena pembayaran tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 ASN dilakukan pada kuartal I-2024.
Sedangkan pada konsumsi masyarakat, tren penurunan belanja terlihat sejak kuartal II-2021. Pada periode itu, laju pertumbuhan konsumsi masyarakat masih di angka 5,96%. Laju ini terus menurun hingga mencapai 4,93% pada kuartal II-2024. Pergeseran momentum Ramadan di akhir Maret (kuartal I) dan awal April (kuartal II) menjadi salah satu penyebabnya.
”Pergeseran momentum ini ikut memengaruhi pola konsumsi masyarakat sehingga konsumsi untuk persiapan Idul Fitri sudah dilakukan lebih awal di kuartal I,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Mohammad Edy Mahmud pada Senin, 5 Juni.
Indikator perlambatan ekonomi lainnya adalah karena menurunnya kinerja sektor manufaktur dan pertambangan. Keduanya yang adalah sektor besar penyumbang pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan laju pertumbuhan. Laju manufaktur menurun menjadi 3,95% di kuartal II-2024 dan laju sektor pertambangan menurun menjadi 3,17% di kuartal II-2024.
Sebelumnya, kinerja industri manufaktur yang melambat memang tengah menjadi sorotan. Hal ini terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Juli 2024 mencapai 49,3 atau menurun dari zona ekspansi ke kontraksi.
Akibatnya, gelombang pemutusan hubungan kerja massal terjadi, terutama pada industri tekstil. Melambatnya sektor manufaktur beberapanya disebabkan karena adanya gangguan rantai pasok bahan baku dan kebijakan relaksasi impor.