Pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa-1, yang telah beroperasi secara penuh, merupakan salah satu pembangkit listrik terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Dengan kapasitas 1.760 MW, pembangkit ini berperan penting dalam mendukung transisi energi dan ketahanan energi nasional.
PLTGU adalah gabungan antara pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Melansir situs web itb.ac.id panas dari gas buang dari PLTG digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU.
Terletak di Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, PLTGU Jawa-1 terdiri atas dua pembangkit gas uap yang terintegrasi dengan floating storage regasification unit (FSRU).
Pembangkit ini dikelola oleh PT Jawa Satu Power, sebuah konsorsium yang terdiri atas Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dengan kepemilikan saham 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen.
Menggunakan teknologi mutakhir, PLTGU Jawa-1 diproyeksikan dapat menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton CO2e per tahunnya. Hal ini berkontribusi signifikan untuk memenuhi target net zero emission (NZE) pada 2060.
PLTGU Jawa-1 dilengkapi dengan teknologi single shaft combined cycle gas turbine sehingga lebih efisien. Hal ini membuat harga jual listriknya menjadi kompetitif. Pembangkit ini juga memiliki black start capability yang memungkinkannya untuk melakukan self start up pada saat grid tidak tersedia.
Dengan menggunakan closed loop cooling tower system PLTGU Jawa-1 juga dapat mengurangi air limbah dan beban pencemaran lingkungan.
Kebutuhan gas alam akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Pada 2020, kebutuhan gas alam di Indonesia mencapai 61 juta ton minyak ekuivalen (MTOE), sedangkan pada 2050 diperkirakan akan mencapai 242,9 MTOE.
Dengan demikian, PLTGU Jawa-1 bukan hanya sebagai pembangkit listrik yang andal, tetapi juga sebagai tonggak penting dalam transisi menuju energi bersih di Indonesia.