Lokapasar Temu asal Cina dilarang beroperasi di Indonesia. Pemerintah khawatir, aktivitas aplikasi belanja daring ini akan mengganggu kinerja UMKM Tanah Air.  

“Kalau misalnya tadi platform global tidak dibatasi, itu akan mengurangi banyak lapangan kerja dan bahkan bisa membunuh warga UMKM,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Mikro (UKM) Teten Masduki pada 10 September lalu.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi menyampaikan akan memblokir Temu. Saat ini, Kominfo tengah bersurat dengan Google untuk menghapus aplikasi belanja daring milik Pinduoduo Holdings ini dari Playstore Indonesia.

Per Februari 2024, Temu sudah beroperasi di 47 negara seluruh dunia, termasuk Filipina Jepang, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan. Berdasarkan data Statista, Temu telah berhasil menjadi aplikasi e-commerce dengan unduhan terbanyak di dunia dengan 337,2 juta unduhan pada 2023.

Meski baru dirilis pada September 2022, Temu berhasil menjadi salah satu pemain kunci dalam bisnis lokapasar. Temu bisa memberikan penawaran harga kepada konsumen dengan harga yang jauh lebih rendah. Hal tersebut terjadi karena Temu memungkinkan penjualan produk dari pabrik langsung ke tangan konsumen tanpa perantara.

Pada 2023 Temu bisa mengirimkan 4.000 ton paket ke seluruh dunia. Laporan Momentum Works menyebutkan, Temu terkoneksi dengan banyak layanan logistik dan memiliki jadwal pengiriman kargo yang sangat padat setiap harinya. 

Salah satu whistleblower dari JD, salah satu perusahaan lokapasar terbesar asal Cina, juga menyampaikan kekhawatiran terhadap popularitas Temu yang bisa menyalip JD.  

“JD khawatir tidak dapat mempertahankan pengguna yang ada, dan juga tidak akan dapat menarik pengguna yang sensitif terhadap harga,” kata seorang mantan manajer JD tingkat menengah dikutip 11 Oktober dari Wired.

Reporter: Antoineta Amosella