Jumlah investor kripto di Indonesia terus bertambah. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, jumlahnya mencapai 18,1 juta per Agustus 2025 atau naik 36% dibandingkan Februari 2025.
OJK mencatat, mayoritas merupakan investor individu. Sebanyak 18,04 juta merupakan investor individu dari Indonesia, sementara 38,4 ribu merupakan individu asing. Investor institusi tercatat hanya 559 institusi domestik dan institusi luar negeri sebanyak 270 investor.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fauzi, menilai kondisi pasar kripto nasional masih terjaga. Data OJK menyebutkan, rata-rata nilai transaksi kripto mencapai Rp40,2 triliun per bulan.
“Ini menunjukkan kepercayaan konsumen dan kondisi pasar aset kripto nasional tetap terjaga dengan baik,” kata dia dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK pada 9 Oktober lalu.
Di sisi lain, laporan bertajuk Indonesia “Crypto & Web3 Industry Report 2024” menunjukkan bahwa aset kripto yang diperdagangkan investor Indonesia cukup terdiversifikasi. Setidaknya ada lima aset kripto yang paling banyak diperdagangkan investor Indonesia. Jenisnya beragam, mulai dari stablecoin, aset kripto tradisional, hingga memecoin.
USDT sebagai stablecoin merupakan aset kripto yang paling banyak diperdagangkan oleh investor Indonesia. Aset ini cenderung lebih stabil ketimbang banyak aset lain karena memiliki acuan dengan mata uang asli. Untuk USDT, aset ini memiliki nilai yang dipatok dengan nilai dolar AS.
Sementara aset kripto tradisional seperti Bitcoin dan XRP juga banyak digandrungi oleh investor Indonesia. Aset ini lebih volatil dibanding stablecoin, investor yang memilih aset ini cenderung menyasar keuntungan dalam waktu yang panjang.
Sementara DOGE dan PEPE sebagai memecoin juga menjadi aset yang paling banyak diperdagangkan di Indonesia. Jenis aset ini lebih volatil dibanding Bitcoin dan XRP, tetapi volatilitas itu seringkali diasumsikan sebagai keuntungan besar dalam waktu dekat bagi investor.
Hasil survei yang dicatat laporan itu menunjukkan 83% investor kripto Indonesia berasal dari Jawa dan Bali. Porsi investor terbesar tercatat berada di Jawa Barat dengan persentase mencapai 24,6%.