3 Contoh Cerpen Fantasi Singkat dan Inspiratif

pixabay.com/Peter
Ilustrasi Cerpen Fantasi
Editor: Intan
19/12/2022, 11.15 WIB

Cerita fantasi menceritakan serangkaian kejadian unik dan menarik. Kisah fantasi biasanya berupa fiksi atau tidak nyata. Cerita fantasi terdapat dalam novel, cerpen, film, dan serial televisi.

Penulis memasukkan unsur imajinatif yang tidak ada dalam dunia nyata. Contoh cerita fantasi yaitu Harry Potter, Lord of The Rings, Peterpan, dan masih banyak lagi. Cerita populer tersebut sebenarnya tidak ada di dunia nyata, tetapi mampu menarik pembaca.

Cerpen fantasi bertujuan menghibur dan menambah imajinasi untuk pembaca. Kalian bisa membuat cerpen fantasi singkat untuk tugas sekolah. Cerpen fantasi ini bisa disesuaikan dengan kejadian nyata, tetapi ditambahkan khayalan. Berikut contoh cerpen fantasi singkat mengutip dari Cerpenmu.com:

Cerpen Fantasi

1. Persahabatan Dua Dunia

Karya: K. Penny Puspa Astuti

Pada suatu hari di hutan yang gelap penuh dinosaurus yang bermacam-macam spesiesnya dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Melihat pemandangan tersebut kita bisa membayangkan jika kita tinggal di hutan tersebut bahkan akan jatuh cinta untuk menetap di sana.

Suatu saat ada seseorang ilmuwan bernama Albert yang berkunjung ke sana, Ia sangat terkejut. Bagaimana tidak? Para dinosaurus itu bisa berbicara dengan bahasa manusia.

Salah satu dinosaurus yang bernama dino menyapa sang ilmuwan “Halo manusia apa kabarmu?” Lalu ilmuwan Albert menjawab “Aku sungguh baik keadaanku saat ini cuma terkejut melihat kamu, dinosaurus yang besar ini bisa berbicara pula” Dinosaurus itu pun menjawab sambil tertawa kecil, “Oh, aku juga baik” dan kami pun akhirnya berteman dekat.

Pada hari pertama kami sangat akrab seperti saudara sendiri, dan aku pun merasa bahagia mempunyai sahabat seperti Dino yang sangat baik. Aku pun tertidur karena sudah sangat lelah setelah mengelilingi hutan bersama Dino yang baik. Aku pun membuat tenda lalu tidur, Dino itu pun tidur di sebelah tendaku.

Lalu Dino membangunkanku, dia berkata, “Teman, ayo bangun sudah pagi!”, Lalu aku bangun dan keluar untuk mencari udara segar, aku sarapan, dan Dino ternyata sudah bangun dari tadi dan menyiapkan makanan untuk kami berdua, makanannya adalah rumput-rumput yang berada di situ.

Kemudian setelah sarapan, aku melanjutkan petualangan berkeliling hutan bersama Dino. Menjelang malam tiba aku tidur, dan keeesokan harinya aku bangun kesiangan, karena biasanya ada yang membangunkanku, tetapi sekarang tidak ada yang membangunkanku. Aku pun langsung mencari Dino temanku itu.

Ketika kutemukan ternyata kaki Dino terluka karena menginjak ranting pohon yang tajam, dan tanpa sepengetahuanku, dia akan memberi kejutan untukku dengan memberiku buah terenak yang ada di hutan itu. Aku merasa terharu dan bangga karena temanku Dino sangat baik hati kepadaku.

Lalu sebagai teman yang sudah diberi kejutan sebagai balasannya aku, membersihkan lukanya dan aku membalut dengan kain jaketku. Hingga kakinya menjadi sembuh.

2. Lucid Dream

Karya: Nurmala

“Tolong! Tolong aku!” ucapku ketika akan tenggelam dalam lautan lepas.

“Apa aku akan berakhir di sini?” rapalku dalam hati sambil berusaha untuk bisa bernapas dengan baik.
Jujur, aku tidak bisa berenang dan mengidap thalassophobia, atau bisa disebut dengan ketakutan berlebihan terhadap laut.

Entah bagaimana caranya aku bisa berada di sini dengan keadaan hampir tenggelam. Antara hidup dan mati, aku berusaha untuk mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, hingga aku seperti ini. Tapi nihil! Semakin aku berusaha untuk mengingat, semakin berdenyut juga kepalaku.

Kini aku terombang-ambing di tengah lautan. Berusaha untuk tenang dan berpikir untuk tetap hidup bagaimanapun caranya. Beberapa saat berlalu, awan kumulonimbus datang disertai kilat dan badai pun datang dengan tiba-tiba. Aku tenggelam dan berpikir, mungkin ini adalah akhir dari hidupku.
“Aaaaaa!”

Napasku turun naik tidak beraturan karena hal yang barusan kualami ternyata hanya mimpi. Lagi. Mimpi yang selalu berhubungan dengan laut lepas yang membuat ketakutanku akan hal itu pun bertambah.

“lagi-lagi mimpi buruk,” rapalku pada angin malam yang berhembus begitu dingin melewati jendela kamar yang terbuka.
Kulihat jam dinding sedang pukul dua dini hari. Lagi. Aku terbangun tepat di pukul dua dini hari dengan keadaan jendela yang selalu terbuka.

3. Membunuh dengan Pena

Karya: Wiwin Ernawati

Ada hati yang terluka karena sebuah kata. Sikap yang tak acuh, pandangan tak ramah juga bisa melukai hati. Itulah yang dirasakan Sovia ketika ia melihat tatapan dan ekspresi wajah teman-teman sekelasnya. Membuatnya sangat tidak nyaman. Sovia merasa tak diterima. Dia juga tak pernah berusaha untuk diterima. Sovia masih menjadi dirinya yang lebih menyukai bungkam. Diamnya Sovia dianggap aneh oleh sebagian besar orang. Hal itu terjadi sejak Sovia masih SD dan kini Sovia sudah remaja, dan keanehan Sovia belum berubah. Dia masih diam dan tak mau bergaul.

“Sov, kerjain tugasku dong. Anak pendiem biasanya pinter” Antika, salah satu teman sekelas Sovia melemparkan buku tugasnya tepat di wajah Sovia.
Antika dan teman-temannya tertawa.
Sovia yang kesal dengan sikap Antika hanya melotot ke arah Antika lalu pergi meninggalkan kelas tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
“Dasar freak” gumam Antika.

Hal seperti itu sudah biasa terjadi. Sovia sering dirundung teman-temannya. Awalnya dia biasa saja tapi lama kelamaan dia menjadi kesal. Ada gumpalan kemarahan bergejolak di dada yang harus segera ia luapkan. Sovia akan balas dendam kepada mereka yang telah menyakitinya.

Menyembunyikan buku, mencoret tas, dan mengatai Sovia keras-keras saat dia lewat. Membuatnya sangat marah.

“Tunggu dan lihatlah. Apa yang akan terjadi pada kalian semua”

Satu persatu anak yang biasa merundung Sovia meninggal dengan cara yang tak biasa. Kebanyakan dari mereka meninggal karena hal sepele. Ada yang keselek bakso, kena lemparan bola, kesandung batu, terpeleset di kamar mandi. Semua tewas setelah mengalami kejadian sepele itu.

Apakah Sovia penyebab dari kematian anak-anak nakal itu?

Tentu saja iya. Tapi itu semua tak bisa dibuktikan karena Sovia tak terlihat menyentuh mereka. Mereka seolah mati secara alami. Tapi aneh.

Kini tinggal satu yang tersisa. Yang paling jahat dan yang paling menyebalkan. Antika. Anak sombong yang suka menghina orang lain.

Sovia memapah Antika menuju ruang UKS. Antika kelelahan saat pelajaran olahraga. Fisiknya tak sekuat mulutnya yang suka menghina. Dan objek favorit hinaan Antika adalah Sovia. Kini justru Sovia lah yang menopang tubuh Antika saat ia lemah.

Entah mengapa Sovia merasa iba melihat kondisi Antika yang sedang lemah. Hingga dia menawarkan diri untuk membantu. Miris memang, tapi begitulah hidup. Tak sepantasnya kita menghina orang lain.

Mengetahui kebaikan Sovia, Antika meminta maaf atas kelakuannya selama ini.
Sovia hanya tersenyum mendengar permintaan maaf Antika. Tak pernah ada yang tau dibalik diamnya Sovia ada sesuatu yang mengerikan sedang bersembunyi.