Struktur Puisi Rakyat dan Contoh Lengkapnya

Katadata
Ilustrasi Struktur Puisi Rakyat
Penulis: Tifani
Editor: Intan
21/2/2023, 13.30 WIB

1. Menggunakan Kata-kata Arkais

Kata-kata arkais yaitu kata-kata kuno zaman dahulu, yang sudah tidak lazim lagi digunakan pada masa kini.

Contoh:

Tubuh dijirat paduka tuan
Dijirat artinya diikat
Jagalah diri janganlan silap
Silap artinya lupa

2. Menggunakan Bahasa Kiasan

Contoh: besar kepala, ringan tangan, semata wayang.

3. Kata-kata yang Menimbulkan Imaji

Kata-kata yang digunakan dalam pantun menimbulkan imaji-imaji atau gambaran angan. Imaji tersebut dapat berupa imaji visual (imaji indra penglihatan), imaji auditori (imaji indra pendengaran), dan imaji taktil (imaji indra perasa).

Contoh: Surat ditulis dalam gelap ( menggunakan imaji visual)

4. Menggunakan Rima

Ada beberapa macam rima, yaitu rima sempurna, yaitu rima yang bunyi akhirnya sama, misalnya ta-pi, se-pi. Rima tidak sempurna, yakni rima yang bunyi suku akhirnya hanya Sebagian yang sama, misalnya ma-lang, ter-bang.

Contoh Puisi Rakyat

Illustrasi Puisi Rakyat (Katadata)

1. Pantun

Apa guna orang bertenun
untuk membuat pakaian adat
Apa guna orang berpantun
untuk beri petuah amanat

Asam kadis asam gelugur
kedua asam siang riang
Menangis mayat di dalam kubur
mengingat diri tidak sembahyang.

Beli kacang kupas kulitnya
kacang dikupas dicampur kurma
Kalau boleh abang bertanya
nona manis hendak ke mana.

2. Syair

Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat

Ada raja sebuah negeri
Sutan Agus bijak besyari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpahkan pada dagang biaperi

Kabar orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiada ia merasai sengsara
Entah kepada esok dan lusa

(Syair Bidasari)

3. Gurindam

Kalau mulut tajam dan kasar,
boleh ditimpa bahaya besar.

Pikir dahulu sebelum berkata,
supaya terelak silang sengketa.

Kalau diri kena perkara,
turut susah sanak saudara.

Barang siapa berbuat khianat,
Tuhan kelak memberi laknat.

Barang siapa tidak memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Halaman: