Di Indonesia, cerita rakyat telah menjadi suatu warisan dari generasi lampau yang masih dilestarikan hingga sekarang. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya cerita rakyat dari berbagai daerah yang masih cukup populer di masyarakat.
Cerita rakyat biasanya menceritakan suatu tempat atau asal muasal tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. Selain itu, cerita rakyat juga biasanya disampaikan dari mulut ke mulut yang membuat pengarangnya sulit diketahui.
Untuk informasi lebih lengkapnya, simak ulasan tentang cerita rakyat mulai dari pengertian hingga contohnya di bawah ini.
Pengertian Cerita Rakyat
Legenda berasal dari bahasa Latin, yaitu “Legere” yang artinya cerita rakyat. Menurut KBBI, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah.
Legenda biasanya menceritakan tentang tokoh, peristiwa, atau tempat tertentu yang berisi campuran antara fakta historis (sejarah) dengan mitos. Hal inilah yang membuat cerita legenda sering dianggap “sejarah” kolektif.
Namun, karena legenda adalah sebuah cerita rakyat yang memiliki unsur sejarah dan menampilkan perbuatan-perbuatan manusia zaman dahulu, maka legenda ini diyakini atau dipercayai oleh si pencerita dan pendengarnya sebagai suatu kisah nyata yang pernah terjadi.
Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa legenda merupakan cerita rakyat yang ada di kehidupan masyarakat dan berhubungan tentang suatu peristiwa. Peristiwa dalam cerita rakyat tersebut bisa melahirkan asal usul suatu tempat, nama daerah, atau hal-hal yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sekitar.
Ciri-ciri Cerita Rakyat
Cerita rakyat memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dengan jenis cerita lainnya. Berikut di bawah ini ciri-cirinya.
- Tokoh dalam cerita memiliki kesaktian,
- Terdapat unsur keajaiban dalam cerita,
- Dihubungkan dengan hal-hal gaib,
- Terdapat unsur sejarah dan ceritanya dianggap benar,
- Memiliki amanat.
Contoh Cerita Rakyat Indonesia yang Populer
Berikut ini tiga contoh cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang cukup dikenal di masyarakat.
1. Asal-usul Danau Toba, Sumatera Utara
Suatu hari di wilayah Sumatera Utara, hiduplah seorang laki-laki musa. Pada suatu waktu, pemuda itu pergi memancing. Sudah cukup lama melemparkan pancing, namun tak ada seekor ikan pun yang memakan umpannya. Pemuda itu pun akhirnya mencoba sekali melemparkan pancingnya dengan mengarah ke tengah sungai.
Namun, tiba-tiba ada seekor ikan yang menyambar umpan itu. Langsung, pemuda itu pun menarik pancingnya, hingga pada akhirnya tampak seekor ikan yang besar di ujung tali pancingnya. Lalu, dengan senang hati pemuda itu bergegas pulang ke rumah, dan berniat untuk langsung membawa ikan itu ke dapur.
Ketika hendak memasak ikan itu, sayangnya persediaan kayu bakar di dapurnya itu habis. Oleh karena itu, ia pun pergi untuk mengambil persediaan bayu bakar. Tak lama saat ia kembali ke dapur, ikan hasil tangkapannya pun lenyap. Ikan tersebut justru berganti menjadi beberapa keping uang emas. Sontak pemuda itu pun bingung.
Melihat hal itu, pemuda itu pun langsung mengambil kepingan uang emas untuk disimpan di kamar. Betapa terkejutnya ia saat membuka pintu kamar, ia malah melihat seorang gadis cantik yang ternyata jelmaan dari ikan tangkapannya tadi. Gadis cantik itu pun meminta ke pemuda itu, untuk diperbolehkan tinggal di rumahnya.
Singkat cerita, mereka berdua pun jatuh cinta dan hendak menikah. Namun, sebelum menikah gadis jelmaan ikan itu memberi syarat ke sang pemuda, bahwa ia harus bersumpah tidak akan pernah mengungkit asul-usulnya itu yang merupakan ikan.
Setelah menikah memiliki seorang anak laki-laki. Pada suatu hari, ibu menyuruh anak itu untuk mengantarkan bungkusan makan untuk ayahnya di ladang. Namun, ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba anak itu merasa lapar. Lalu, ia pun memakan sebagian isi bekal untuk bapaknya itu.
Ketika telah sampai di ladang, sang anak pun segera menyerahkan bungkusan bekal ke ayahnya. Ketika melihat setengah bekal makanan itu telah dimakan, sang ayah pun murka.
la pun murka sambil berkata, "Dasar kau anak keturunan ikan!". Secara tak sadar, ia pun melanggar syarat yang diberikan istrinya yang jelmaan ikan itu. Kemudian, anak itu lari pulang dan langsung mengadukan kejadian itu pada ibunya. Sontak, sang ibu pun sedih mendengar cerita itu.
Sang ibu lalu menyuruh anaknya agar naik ke puncak bukit, sembari ia sendiri berlari menuju ke sungai. Saat dirinya berada di tepi sungai, cuaca yang tadinya cerah, tiba-tiba berubah menjadi gelap. Langit bergemuruh kencang yang juga disusul oleh petir dan hujan yang dahsyat.
Pada saat itulah, sang ibu langsung melompat ke dalam sungai. Kemudian, ia berubah menjadi seekor ikan besar. Dalam sekejap, sungai itu pun meluap yang menyebabkan banjir sehingga membentuk bendungan air yang besar yang akhirnya berubah menjadi danau. Dari cerita tersebut, masyarakat setempat menyebut danau sebagai Danau Toba.
2. Lutung Kasarung, Jawa Barat
Pertama adalah cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat, yaitu lutung kasarung. Cerita ini berasal dari Pasundan atau daerah Sunda. Menceritakan tentang seorang raja bernama Prabu Tapak Agung yang memiliki dua orang putri bernama Purbasari dan Purbararang.
Sang raja berniat untuk turun tahta dan menjadikan Purbasari sebagai penerus pemimpin kerajaan. Namun, Purbararang merasa kesal dengan keputusan ayahnya dan berniat mencelakai Purbasari.
Purbararang pun kemudian pergi ke nenek sihir dan mengutuk Purbasari sehingga menjadi buruk rupa, kulitnya dipenuhi bintik hitam. Purbasari pun kemudian diasingkan ke hutan dan Purbararang yang menjadi pemimpin penerus ayahnya.
Pada suatu ketika, Purbasari ditemani oleh seekor lutung dan menyuruh Purbasari untuk berendam di dalam telaga, seketika Purbasari pun sembuh dan kembali menjadi cantik jelita.
Purbasari pun mendatangi kerajaan dan bertemu dengan kakaknya Purbararang. Untuk menentukan penerus tahta, mereka berdua pun beradu, mulai dari beradu panjang rambut hingga beradu tampan pasangan.
Purbasari pun menyodorkan lutung temannya di hutan sebagai pasangan. Seketika lutung tersebut berubah menjadi pemuda yang sangat tampan, melebihi ketampanan pasangan Purbararang. Purbararang pun mengalah dan mengakui kesalahannya. Purbasari kemudian diangkat menjadi Ratu dan hidup bahagia bersama kekasihnya, Lutung Kasarung.
3. Naga Rawa Pening, Jawa Tengah
Zaman dahulu, di sebuah desa yang bernama desa Ngasem, hiduplah seorang wanita yang bernama Endang. Wanita tersebut sedang hamil, namun ia sangat sedih karena bukan seorang bayi yang ia lahirkan melainkan seekor naga.
Naga itu kemudian diberi nama Baru Klinting. Ia dapat berbicara layaknya seperti manusia biasa. Suatu hari, Baru bertanya kepada ibunya mengenai ayahnya.
Sang ibu pun akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya dan memberikan klinting milik ayahnya sebagai bukti bahwa ia mempunyai ayah. Lantas, ia pun bergegas untuk menemui ayahnya yang sedang bertapa di dalam goa.
Setelah bertemu dengan ayahnya, malah ayahnya tidak percaya bahwa naga tersebut adalah anaknya. Lalu ia menunjukkan klinting yang diberikan oleh ibunya. Tetapi, ayahnya masih menginginkan dia untuk melakukan sesuatu.
Ia kemudian diminta untuk melingkari gunung tersebut, akhirnya Baru klinting melakukan apa yang ayahnya katakan. Akhirnya sang ayah pun percaya bahwa dia adalah anaknya.
Suatu hari, ada warga desa yang sedang mencari hewan untuk dijadikan santapan saat pestanya. Namun, warga desa tak kunjung menemukannya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menangkap Baru Klinting yang sedang bertapa untuk dijadikan sebagai santapan mereka.
Arwah Baru menjelma menjadi seorang anak kecil yang sangat dekil. Kemudian ia mencoba untuk mendatangi pesta tersebut dan meminta makanan, namun mereka malah mengusirnya.
Lalu, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang sangat baik hati. Nenek tersebut langsung memberinya makanan. Ia berpesan kepada nenek tersebut apabila mendengar suara gemuruh, nenek harus menyiapkan lesung.
Setelah itu, ia kembali lagi ke acara pesta tersebut dan Ia menantang para warga untuk mencabut pedang yang sudah ia tancapkan. Namun, tak seorang pun yang bisa mencabut pedang tersebut.
Akhirnya, ia cabut sendiri pedang itu dan muncullah air yang semakin lama menggenangi desa tersebut. Semua warga ikut tenggelam, namun tidak dengan nenek yang telah menolongnya. Itulah asal mula dari munculnya Rawa Pening.