Badan Meteorologi, Klimsatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena El Nino menjadi penyebab kekeringan dan cuaca panas di sejumlah wilayah di Indonesia. Intensitas El Nino terus menguat sejak awal bulan Juli.
BMKG memprediksi puncak dampak El Nino akan dirasakan pada Agustus sampai September 2023. Fenomena alam ini diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober 2023 mendatang atau bahkan hingga akhir tahun.
Wilayah yang terdampak El Nino diprediksi akan memiliki curah hujan rendah. Selain itu, wilayah terdampak juga akan mengalami musim kering yang ekstrem.
Masih banyak orang yang belum mengetahui tentang fenomena iklim ini. Agar semakin paham, berikut ini penjelasan lengkap tentang Apa itu El Nino, penyebab, dampak dan kapan EL Nino berakhir di Indonesia?
Apa Itu El Nino?
Melansir laman resmi BMKG, El Nino adalah adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal. Fenomena El Nino terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Saat suhu muka air laut terus meningkat, maka potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik Tengah juga meningkat. Hal ini menyebabkan curah hujan di wilayah lain akan berkurang, seperti di wilayah Indonesia.
Sederhananya, El Nino merupakan fenomena yang memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. Dapat dikatakan, fenomena ini berpengaruh kuat terhadap iklim yang ada di Indonesia.
Fenomena El Nino rata-rata terjadi setiap tiga sampai sampai tahun. Namun dalam catatan sejarah, antar peristiwa bisa terjadi secara bervariasi dari dua hingga tujuh tahun.
Biasanya fenomena ini berlangsung sekitar 9 sampai 12 bulan namun beberapa kejadian bisa berlangsung lebih lama tergantung dari intensitasnya.
Penyebab Terjadinya El Nino
Mengutip laman iklim.ntb.bmkg.go.id, El Nino pada dasarnya adalah peristiwa penyimpangan suhu yang terjadi karena pemanasan global dan terganggunya keseimbangan iklim. Penyebab terjadinya El Nino adalah kombinasi dari faktor alami dan faktor manusia. Faktor alami yang berperan dalam terjadinya El Nino antara lain:
1. Perubahan pola angin pasat.
Angin pasat adalah angin yang berhembus dari daerah subtropis menuju ekuator. Pada kondisi normal, angin pasat di Pasifik tropis bertiup dari timur ke barat.
Namun, pada saat El Nino terjadi, angin pasat melemah dan menyimpang ke selatan. Hal ini menyebabkan aliran air hangat dari Samudra Pasifik bagian barat ke timur terhambat.
2. Perubahan pola sirkulasi atmosfer
Perubahan pola angin pasat juga menyebabkan perubahan pola sirkulasi atmosfer di Pasifik tropis. Pada kondisi normal, sirkulasi atmosfer di Pasifik tropis terdiri dari sirkulasi Walker dan sirkulasi Hadley.
Sirkulasi Walker adalah sirkulasi atmosfer yang terjadi di wilayah tropis, sedangkan sirkulasi Hadley adalah sirkulasi atmosfer yang terjadi di wilayah subtropis dan tropis.
Pada saat El Nino terjadi, sirkulasi Walker melemah dan sirkulasi Hadley menguat. Hal ini menyebabkan perubahan pola curah hujan di wilayah tropis.
Faktor manusia yang berperan dalam terjadinya El Nino antara lain:
1. Emisi gas rumah kaca
Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia dapat meningkatkan suhu permukaan laut secara global. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya El Nino.
Gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrous oxide, dapat menyerap panas dari atmosfer. Hal ini menyebabkan suhu atmosfer meningkat, yang kemudian menyebabkan suhu permukaan laut meningkat.
2. Perubahan penggunaan lahan
Perubahan penggunaan lahan, seperti deforestasi, dapat mengubah pola albedo (tingkat pantulan cahaya matahari) di permukaan bumi. Hal ini dapat mempengaruhi sirkulasi atmosfer dan meningkatkan risiko terjadinya El Nino.
Deforestasi dapat mengurangi jumlah vegetasi di permukaan bumi. Vegetasi memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida dan memantulkan cahaya matahari.
Dengan berkurangnya vegetasi, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat. Hal ini kemudian menyebabkan suhu atmosfer meningkat.
Dampak El Nino di Indonesia
Dampak fenomena El Nino yang berkepanjangan bisa membuat banyak sekali kerugian yang sangat mengerikan bagi wilayah terdampaknya, termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh dampak El Nino terhadap sebuah wilayah negara.
1. Perubahan pola curah hujan
El Nino menyebabkan perubahan pola curah hujan di wilayah tropis. Di wilayah Indonesia, El Nino menyebabkan berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Hal ini dapat menyebabkan kekeringan, kebakaran hutan, dan gangguan produksi pertanian.
2. Perubahan pola cuaca
El Nino juga dapat menyebabkan perubahan pola cuaca di wilayah tropis. Di wilayah Indonesia, El Nino dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah Papua dan sebagian wilayah Sulawesi.
Hal ini dapat menyebabkan banjir, tanah longsor, dan gangguan transportasi.
3. Perubahan suhu laut
El Nino menyebabkan peningkatan suhu laut di wilayah tropis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan habitat biota laut dan mengancam kelangsungan hidup beberapa spesies.
4. Perubahan iklim
El Nino dapat menyebabkan perubahan iklim global. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola curah hujan, pola cuaca, dan suhu laut.
Perubahan iklim global dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti kenaikan permukaan laut, peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, dan perubahan pola distribusi biota.
Kapan El Nino Berakhir di Indonesia?
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino di Indonesia akan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024. Saat ini, El Nino masih berada pada level moderat dan diperkirakan akan terus bertahan hingga akhir tahun 2023.
Berdasarkan analisis BMKG, hari tanpa hujan sangat panjang yang pertama akan terjadi di Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Puncak dampak El Nino di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus-September 2023.
Demikian ulasan lengkap mengenai apa itu El Nino, penyebab, dampak dan kapan El Nino berakhir di Indonesia.