Sejarah Rohingya muncul karena tuntutan akan otonomi daerah bagi umat Islam muncul selama Perang Dunia II dan mengakibatkan munculnya otonomi Muslim di wilayah tersebut. Ini berasal dari gerakan etnonasionalis Rohingya yang memanfaatkan imajinasi Muslim lokal, sejarah dan arkeologi regional.
Untuk menyelidiki akar sejarah klaim identitas yang berbeda dan menyoroti ketegangan antara Buddha dan Muslim, kita perlu melihat peran Muslim di kerajaan Buddha Arakan prakolonial dan pertumbuhan demografis mereka selama masa kolonial. Pengucilan warga sipil dan pelecehan oleh negara di bawah rezim otoriter Burma (1962–2011) mengakhiri harapan politik untuk pengakuan etnis secara dini.
Apa itu Etnis Rohingya?
Rohingya merujuk pada komunitas Muslim yang berada di wilayah Rakhine (Arakan) di Myanmar Barat, berbatasan langsung dengan Bangladesh. Asal usul istilah "Rohingya" berasal dari kata "Rohai" atau "Roshangee," yang merujuk kepada penduduk Muslim di Rohang atau Roshang, sebutan untuk daerah sebelum dinamai Arakan.
Komunitas Rohingya mengalami upaya pengusiran dari wilayah Arakan sejak tahun 1942 ketika terjadi pembantaian Muslim Rohingya oleh pasukan pro-Inggris. Tragedi berdarah tersebut menyebabkan kematian setidaknya 100 ribu Muslim Rohingya dan penghancuran ribuan desa.
Masyarakat Islam di Myanmar tersebar di berbagai kawasan dengan komunitas yang terpisah berdasarkan suku bangsa dan keturunan. Ada empat kelompok besar Muslim di Myanmar, termasuk kelompok Islam keturunan Birma, kelompok Islam keturunan India (Tamil dan Bengal), kelompok
Islam keturunan Rohingya atau Arakan dan kelompok Islam keturunan Cina seperti dijelaskan dalam buku "Sejarah Sosial Muslim Minoritas di Kawasan Asia" karya Asep Achmad Hidayat.
Suku Rohingya memiliki ciri fisik seperti tulang pipi yang tidak begitu keras, mata yang tidak begitu sipit, hidung yang tidak terlalu pesek, tubuh yang tinggi dengan kulit berwarna gelap. Beberapa di antara mereka mungkin memiliki kulit kemerahan namun tidak terlalu kekuningan.
Pengungsi Rohingya
Mengutip Oxfordre.com, nama Rohingya mencerminkan identitas etnoreligius umat Islam di Negara Bagian Rakhine Utara, Myanmar (sebelumnya Burma). Istilah ini menjadi bagian dari perbincangan publik pada akhir 1950-an dan menyebar luas setelah laporan pelanggaran hak asasi manusia terhadap umat Islam di Negara Bagian Rakhine Utara pada tahun 1990-an serta kembali pada tahun 2012.
Sejak tahun 1970-an, pengungsi Rohingya beralih ke Bangladesh, Timur Tengah dan negara-negara Asia Tenggara, membentuk komunitas transnasional Rohingya yang mengubah kehidupan mereka dalam berbagai konteks politik dan budaya. Meskipun beberapa organisasi nasionalis Rohingya termasuk yang bersenjata memiliki dampak kecil, mereka tetap menjaga perjuangan politik tetap hidup di sepanjang perbatasan dengan Bangladesh.
Meskipun kaum nasionalis Rohingya tidak mendapat pengakuan dari kelompok etnis dan agama di Burma, mereka semakin mendapat pengakuan internasional. Setelah diktator pascadiktator Myanmar (setelah tahun 2011), isu Rohingya yang belum terselesaikan menjadi tanggung jawab internasional yang besar pada tahun 2017.
Ketika ratusan ribu orang melarikan diri ke Bangladesh setelah operasi militer yang dianggap sebagai pembersihan etnis. Pada Desember 2017, komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia mengakui bahwa unsur genosida mungkin terjadi.
Sejarah Rohingya
Dari penjelasan sebelumnya Anda telah mengetahui Rohingya dari negara mana yaitu Bagian Rakhine Utara, Myanmar (sebelumnya Burma). Untuk memahami lebih lanjut mengenai sejarah rohingya, berikut penjelasan lengkapnya:
1. Awal Mula Kemunculan Rohingya
Sejarah Rohingya dimulai pada abad ke-14, di mana komunitas Muslim menetap di wilayah Arakan selama pemerintahan Kerajaan Mrauk U yang dipimpin oleh raja Buddhis bernama Narameikhla atau Min Saw Mun. Sebelumnya, Narameikhla mengalami pengasingan selama 24 tahun di Kesultanan Bengal. Namun dengan bantuan Sultan Bengal bernama Nasirudin, ia berhasil mendapatkan takhta di Arakan.
Kesultanan Bengal, yang didirikan pada tahun 1342 merupakan kerajaan Islam pada abad pertengahan yang meliputi wilayah negara Bangladesh, India bagian Timur dan sebagian Barat Myanmar.
Setelah menjadi penguasa di Arakan, Narameikhla mengucapkan syahadat dan mengubah namanya menjadi Ssuleiman Shah. Ia membawa orang-orang Bengali untuk membantu administrasi pemerintahannya, membentuk komunitas Muslim pertama di Arakan pada saat itu.
Pada tahun 1420, Arakan menyatakan diri sebagai kerajaan Islam yang merdeka di bawah pemerintahan Raja Suleiman Shah dan kekuasaan Islam di Arakan bertahan selama 350 tahun. Namun, pada tahun 1784, Arakan jatuh kembali di bawah kekuasaan Raja Myanmar. Kemudian pada tahun 1824, Arakan menjadi koloni Inggris yang menyebabkan populasi Muslim di wilayah tersebut mulai berkurang secara perlahan.
2. Situasi Paling Buruk Etnis Rohingya
Selama Perang Dunia II, kondisi buruk menimpa umat Islam Rohingya di Myanmar yang saat itu masih dijajah oleh Inggris. Antara tahun 1824 hingga 1942, Arakan menikmati tingkat otonomi daerah, menciptakan suasana yang relatif aman dengan hanya sedikit insiden pemberontakan yang tercatat.
Namun, pada tahun 1942, serangan pasukan Jepang di Birma menyebabkan mundurnya Inggris, menciptakan kekosongan besar dalam kekuasaan dan stabilitas di wilayah tersebut. Pada saat itu, terjadi kekerasan komunal antara umat Islam Rahine dan Rohingya. Konflik ini melibatkan tindakan kejam yang menyebabkan banyak korban, mendorong umat Islam Rohingya untuk melakukan migrasi masif ke Bengal.
3. Rohingya Dikenal Sebagai Manusia Tanpa Negara
Setelah Burma merdeka pada tahun 1948, ketegangan antara pemerintah dan umat Muslim Rohingya terus berlanjut melalui gerakan politik dan bersenjata. Sekitar 13.000 orang Rohingya mencari perlindungan di kamp pengungsian India dan Pakistan sebagai akibat dari penolakan hak warga negara mereka untuk kembali ke Burma.
Sejak kemerdekaan Burma, umat Muslim Rohingya mengalami pengucilan dalam proses pembangunan negara. Pada tahun 1962, Jenderal Ne Win melakukan penindasan terhadap Rohingya dengan membubarkan organisasi politik dan sosial mereka.
Pemerintah Burma secara brutal mengusir ribuan Muslim Rohingya, menunjukkan tindakan kejam seperti pembakaran pemukiman, pembunuhan, dan pemerkosaan. Hingga tahun 1978, lebih dari 200 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Upaya pengusiran terhadap Muslim Rohingya di wilayah Arakan terus dilakukan oleh pemerintah Burma yang kemudian berubah menjadi Myanmar. Ribuan Muslim Rohingya mengungsi ke berbagai negara, sayangnya, tidak semua negara bersedia menerima mereka.
Sejarah Rohingya dari periode sebelum Perang Dunia II hingga setelah Burma merdeka pada 1948, ketegangan antara pemerintah dan komunitas Muslim Rohingya terus berlanjut. Setelah perang, kekerasan komunal dan penolakan hak kewarganegaraan menyisakan etnis Rohingya sebagai manusia tanpa negara.