Indonesia memiliki berbagai macam karya sastra, beberapa di antaranya mencerminkan kekayaan tradisi dan kebudayaan daerah. Hal ini bisa dilihat dengan jelas dalam geguritan, yaitu karya sastra Jawa berbentuk puisi yang kerap dibacakan untuk menyampaikan pesan moral, nasihat, atau pemikiran filosofis.

Mengutip dari buku Antologi Geguritan Trensa lan Kuciwo, PBSD UNS (2019:7), geguritan berasal dari kata gurit yang berarti kidung atau tembang, sedangkan guritan berarti tembang dengan wujud purwakanthi.
 
Secara istilah, geguritan memiliki definisi sebutan pada puisi Jawa berupa karya sastra sebagai ungkapan perasaan sekaligus pikiran penulis atau pengarang yang dikemas dengan bahasa puitis secara sastrawi.
 
Untuk bisa lebih memahami tentang karya sastra ini, berikut di bawah ini pembahasan lengkapnya.

Ciri-ciri Geguritan Bahasa Jawa

Geguritan bahasa Jawa memiliki beberapa ciri-ciri umum, yaitu:

Geguritan Bahasa Jawa Singkat (Pexels)

1. Struktur dan Metrum Tetap

Geguritan biasanya mengikuti struktur dan metrum tetap. Misalnya, geguritan sering kali ditulis dalam bentuk pantun atau quatrain dengan jumlah baris yang tetap, seperti 4 atau 8 baris per bait.

Metrum atau irama yang digunakan juga biasanya tetap dan mengikuti pola tertentu.

2. Pilihan Kata yang Khas

Geguritan menggunakan kosakata dan frasa yang khas dalam bahasa Jawa.

3. Rima dan Larik

Geguritan sering menggunakan rima dalam baris-barisnya, yang berarti suara akhir kata pada setiap baris berulang atau berirama. Ini dapat memberikan keindahan suara dan ritme dalam puisi.

4. Isi tentang Cinta atau Alam

Tema yang sering muncul dalam geguritan adalah cinta, alam, kemanusiaan dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini sering kali berbicara tentang perasaan, keindahan alam, atau pengalaman manusia dalam konteks budaya Jawa.

5. Puisi Klasik

Geguritan sering dianggap sebagai puisi klasik dalam tradisi sastra Jawa yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan sejarah Jawa yang dalam.

6. Bahasa Puitis

Geguritan cenderung menggunakan bahasa yang puitis dan kiasan yang membuat puisi ini lebih sulit dipahami bagi pembaca yang tidak akrab dengan bahasa Jawa.

Selain itu, pemilihan bahasa dalam geguritan juga tak menggunakan bahasa padinan atau bahasa yang digunakan sehari-hari.

7. Menggunakan Gending

Geguritan seringkali dibacakan atau dinyanyikan dengan iringan musik tradisional Jawa yang disebut gending untuk menambah nuansa dan emosi dalam pertunjukan geguritan.

8. Nilai-nilai Moral atau Pendidikan

Beberapa geguritan mungkin memiliki pesan moral atau pendidikan yang tersembunyi dalam puisinya, yang sering kali diungkapkan melalui metafora atau alegori.

Jenis-jenis Geguritan Bahasa Jawa

Berikut ini beberapa jenis dari geguritan bahasa Jawa yang dibagi sesuai dengan tema, metrum, dan strukturnya. 

1. Geguritan Tembang Macapat

Geguritan ini memiliki struktur yang ketat dan mengikuti metrum tertentu yang disebut macapat dimana jenis metrum ini memiliki pola yang rumit.

Geguritan tembang macapat sering mengandung pesan moral atau ajaran.

2. Geguritan Gendhing

Geguritan ini sering diiringi oleh musik tradisional Jawa yang disebut gendhing. Biasanya, geguritan gendhing digunakan dalam upacara-upacara adat atau pertunjukan seni.

3. Geguritan Kidung

Kidung adalah bentuk puisi Jawa yang umumnya panjang dan menceritakan cerita atau epik tertentu. Jenis geguritan ini merupakan versi puisi dari kidung dan sering mengandung kisah-kisah pahlawan atau tokoh-tokoh terkenal dalam mitologi Jawa.

4. Geguritan Maskumambang

Geguritan ini memiliki ciri khas berupa sifat abstrak atau simbolis dab sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta atau keindahan alam dengan bahasa puitis.

5. Geguritan Carakan

Geguritan carakan adalah jenis geguritan yang menggunakan huruf Jawa atau carakan dalam penulisan untuk menambah nuansa tradisional dan estetika dalam puisi.

6. Geguritan Wulang Swara

Geguritan ini juga dikenal sebagai wulang swara dan umumnya dibawakan dalam bentuk nyanyian atau recital bersama. Wulang swara adalah pengulangan bait-bait dalam geguritan dengan melodi yang berbeda.

7. Geguritan Pupuh

Geguritan pupuh adalah bentuk geguritan yang mengikuti aturan tertentu dalam hal struktur bait dan jumlah suku kata dalam tiap baris untuk memberikan kesan simetris dalam puisi.

8. Geguritan Serat

Geguritan serat adalah jenis geguritan yang mengambil inspirasi dari literatur lama atau serat dan sering berisi pesan moral atau ajaran.

Contoh Geguritan Bahasa Jawa Singkat

Berikut ini beberapa contoh geguritan bahasa Jawa singkat sebagai referensi yang bisa dipelajari agar lebih paham tentang puisi ini. 

Geguritan Bahasa Jawa Singkat (Pexels)

Carita Wayang

Karya: Eko Wahyu Nugroho

Sapa kandha wayang kuwi kuna?

Yen durung ngerti lakuning crita

Wiwit jejer tekaning paripurna

Dudu amung rikala gara-gara

Rentep-rentep piwulang kagambarna

Tindak-tanduk uga tata krama

Kang bisa tansah ngrembaka

Saka isining carita kang kababar

Kababar pitutur suci tumrap dhiri

Dhiri kang tansah nguri-uri

Nguri-uri kabudayan Jawa suci

Miguna mring nagari

(Ngayogyakarta, Februari 2020)

Korupsi

Karya: Budi Susanto

Korupsi,

kuwi jalaran ora resiking ati

kang bisa ngrusak nagara

amarga kuwi korupsi kudi dibranas

Moral kang bejad,

para pejabat tinggi

kuwi bisa dadi tandha

rusaking nagara

Ing kono kene

korupsi kaya wis dadi budaya

budaya kang ala mungguhing bangsa iki

Crita Marang Aku

Senajan ora mesthi bisa mungkasi

Lilakna aku andum donyamu

Kang kebak dening kaendahan

Sing durung kasunyatan

Aku duwekmu wengi iki

Iki ragaku

Iki sukmaku

Aku lila disiksa

Nganti ora ana sisa

 Guru

Eni Widyaningsih

Digugu lan ditiru

Nalika aku durung isa nulis

Nalika aku durung isa maca K

anthi sabar lan teliti

Kowe mulang aku

Saiki...

Aku dadi wong gedhe lan pinter

Isa maca, isa nulis

Isaku amarga kowe

Guruku... Matur nuwun banget

Tatu Cilik Ing Pucuk Driji Sikil

Cekrak cekrik rasane kaya kedudul eri

Ngelingke diri ben ngati-ati

Kesandhung apa pancen gawan bayi

Nyatane kok tekan saiki

 

Ngajari ikhlas pribadi aja diseneni

Sandal jepit wae ragelem nglambari

Nganti ngerti rasane wohing lara

Ngrasake lara nganti ora krasa lara

 

Usada lan tamba mesthine ana injet, suruh, uyah sak pala

Lebur dadi siji usapke mala

Kui critane usada Jawa

Dongo

Muga isih ana kalodhangan

Kanggoku nyawang gebyaring lintang

Ing tlapukane mripatmu kang ora nate kendhat

Anggene paring pepadhang sarta katentreman

Tumrapku kang isih kasasar ing alas alang-alang

Saengga bisa dakcecep rasa nikmat

Nampa luberaning tresna

Saka dheweke punjering donga

Kang tansah dakwaca ing pungkasaning dina

Itulah informasi mengenai ciri-ciri, jenis, dan contoh geguritan bahasa Jawa singkat. Penjelasan ini dapat menambah wawasan mengenai sastra dan budaya nusantara.