Indonesia memiliki berbagai macam karya sastra, beberapa di antaranya mencerminkan kekayaan tradisi dan kebudayaan daerah. Hal ini bisa dilihat dengan jelas dalam geguritan, yaitu karya sastra Jawa berbentuk puisi yang kerap dibacakan untuk menyampaikan pesan moral, nasihat, atau pemikiran filosofis.
Ciri-ciri Geguritan Bahasa Jawa
Geguritan bahasa Jawa memiliki beberapa ciri-ciri umum, yaitu:
1. Struktur dan Metrum Tetap
Geguritan biasanya mengikuti struktur dan metrum tetap. Misalnya, geguritan sering kali ditulis dalam bentuk pantun atau quatrain dengan jumlah baris yang tetap, seperti 4 atau 8 baris per bait.
Metrum atau irama yang digunakan juga biasanya tetap dan mengikuti pola tertentu.
2. Pilihan Kata yang Khas
Geguritan menggunakan kosakata dan frasa yang khas dalam bahasa Jawa.
3. Rima dan Larik
Geguritan sering menggunakan rima dalam baris-barisnya, yang berarti suara akhir kata pada setiap baris berulang atau berirama. Ini dapat memberikan keindahan suara dan ritme dalam puisi.
4. Isi tentang Cinta atau Alam
Tema yang sering muncul dalam geguritan adalah cinta, alam, kemanusiaan dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini sering kali berbicara tentang perasaan, keindahan alam, atau pengalaman manusia dalam konteks budaya Jawa.
5. Puisi Klasik
Geguritan sering dianggap sebagai puisi klasik dalam tradisi sastra Jawa yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan sejarah Jawa yang dalam.
6. Bahasa Puitis
Geguritan cenderung menggunakan bahasa yang puitis dan kiasan yang membuat puisi ini lebih sulit dipahami bagi pembaca yang tidak akrab dengan bahasa Jawa.
Selain itu, pemilihan bahasa dalam geguritan juga tak menggunakan bahasa padinan atau bahasa yang digunakan sehari-hari.
7. Menggunakan Gending
Geguritan seringkali dibacakan atau dinyanyikan dengan iringan musik tradisional Jawa yang disebut gending untuk menambah nuansa dan emosi dalam pertunjukan geguritan.
8. Nilai-nilai Moral atau Pendidikan
Beberapa geguritan mungkin memiliki pesan moral atau pendidikan yang tersembunyi dalam puisinya, yang sering kali diungkapkan melalui metafora atau alegori.
Jenis-jenis Geguritan Bahasa Jawa
Berikut ini beberapa jenis dari geguritan bahasa Jawa yang dibagi sesuai dengan tema, metrum, dan strukturnya.
1. Geguritan Tembang Macapat
Geguritan ini memiliki struktur yang ketat dan mengikuti metrum tertentu yang disebut macapat dimana jenis metrum ini memiliki pola yang rumit.
Geguritan tembang macapat sering mengandung pesan moral atau ajaran.
2. Geguritan Gendhing
Geguritan ini sering diiringi oleh musik tradisional Jawa yang disebut gendhing. Biasanya, geguritan gendhing digunakan dalam upacara-upacara adat atau pertunjukan seni.
3. Geguritan Kidung
Kidung adalah bentuk puisi Jawa yang umumnya panjang dan menceritakan cerita atau epik tertentu. Jenis geguritan ini merupakan versi puisi dari kidung dan sering mengandung kisah-kisah pahlawan atau tokoh-tokoh terkenal dalam mitologi Jawa.
4. Geguritan Maskumambang
Geguritan ini memiliki ciri khas berupa sifat abstrak atau simbolis dab sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta atau keindahan alam dengan bahasa puitis.
5. Geguritan Carakan
Geguritan carakan adalah jenis geguritan yang menggunakan huruf Jawa atau carakan dalam penulisan untuk menambah nuansa tradisional dan estetika dalam puisi.
6. Geguritan Wulang Swara
Geguritan ini juga dikenal sebagai wulang swara dan umumnya dibawakan dalam bentuk nyanyian atau recital bersama. Wulang swara adalah pengulangan bait-bait dalam geguritan dengan melodi yang berbeda.
7. Geguritan Pupuh
Geguritan pupuh adalah bentuk geguritan yang mengikuti aturan tertentu dalam hal struktur bait dan jumlah suku kata dalam tiap baris untuk memberikan kesan simetris dalam puisi.
8. Geguritan Serat
Geguritan serat adalah jenis geguritan yang mengambil inspirasi dari literatur lama atau serat dan sering berisi pesan moral atau ajaran.
Contoh Geguritan Bahasa Jawa Singkat
Berikut ini beberapa contoh geguritan bahasa Jawa singkat sebagai referensi yang bisa dipelajari agar lebih paham tentang puisi ini.
Carita Wayang
Karya: Eko Wahyu Nugroho
Sapa kandha wayang kuwi kuna?
Yen durung ngerti lakuning crita
Wiwit jejer tekaning paripurna
Dudu amung rikala gara-gara
Rentep-rentep piwulang kagambarna
Tindak-tanduk uga tata krama
Kang bisa tansah ngrembaka
Saka isining carita kang kababar
Kababar pitutur suci tumrap dhiri
Dhiri kang tansah nguri-uri
Nguri-uri kabudayan Jawa suci
Miguna mring nagari
(Ngayogyakarta, Februari 2020)
Korupsi
Karya: Budi Susanto
Korupsi,
kuwi jalaran ora resiking ati
kang bisa ngrusak nagara
amarga kuwi korupsi kudi dibranas
Moral kang bejad,
para pejabat tinggi
kuwi bisa dadi tandha
rusaking nagara
Ing kono kene
korupsi kaya wis dadi budaya
budaya kang ala mungguhing bangsa iki
Crita Marang Aku
Senajan ora mesthi bisa mungkasi
Lilakna aku andum donyamu
Kang kebak dening kaendahan
Sing durung kasunyatan
Aku duwekmu wengi iki
Iki ragaku
Iki sukmaku
Aku lila disiksa
Nganti ora ana sisa
Guru
Eni Widyaningsih
Digugu lan ditiru
Nalika aku durung isa nulis
Nalika aku durung isa maca K
anthi sabar lan teliti
Kowe mulang aku
Saiki...
Aku dadi wong gedhe lan pinter
Isa maca, isa nulis
Isaku amarga kowe
Guruku... Matur nuwun banget
Tatu Cilik Ing Pucuk Driji Sikil
Cekrak cekrik rasane kaya kedudul eri
Ngelingke diri ben ngati-ati
Kesandhung apa pancen gawan bayi
Nyatane kok tekan saiki
Ngajari ikhlas pribadi aja diseneni
Sandal jepit wae ragelem nglambari
Nganti ngerti rasane wohing lara
Ngrasake lara nganti ora krasa lara
Usada lan tamba mesthine ana injet, suruh, uyah sak pala
Lebur dadi siji usapke mala
Kui critane usada Jawa
Dongo
Muga isih ana kalodhangan
Kanggoku nyawang gebyaring lintang
Ing tlapukane mripatmu kang ora nate kendhat
Anggene paring pepadhang sarta katentreman
Tumrapku kang isih kasasar ing alas alang-alang
Saengga bisa dakcecep rasa nikmat
Nampa luberaning tresna
Saka dheweke punjering donga
Kang tansah dakwaca ing pungkasaning dina
Itulah informasi mengenai ciri-ciri, jenis, dan contoh geguritan bahasa Jawa singkat. Penjelasan ini dapat menambah wawasan mengenai sastra dan budaya nusantara.