5 Cerita Rakyat Pendek yang Melegenda Sampai Sekarang

id.theasianparent.com
Cerita rakyat pendek.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Safrezi
14/8/2024, 18.35 WIB

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki banyak ragam budaya dan tradisi. Tak terkecuali di bidang sastra, kita memiliki segudang jenis dalam berbagai bentuk kesenian.

Salah satunya yaitu cerita rakyat. Meski tidak diketahui siapa pengarangnya, cerita tersebut disebarkan secara mulut ke mulut dan dihimpun dalam bentuk karya tulis.

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk ekspresi sastra suatu masyarakat dari kebudayaan tertentu. Pengertian ini disampaikan oleh Hutomo (dalam Emzir: 2009). Maka dari itu, karangan ini sifatnya anonim dan berkaitan erat dengan suatu budaya.

Berikut sejumlah cerita rakyat pendek yang masih populer sampai sekarang. Selengkapnya, simak tulisan di bawah ini.

Cerita Rakyat Pendek: Sangkuriang

Pada zaman dahulu kala, terdengarlah kisah dari salah satu putri di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi mempunyai anak bernama sangkuriang,pada suatu hari sangkuriang pergi berburu ditemani oleh seekor anjing bernama Tumang,tetapi Sangkuriang tidak tahu bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga sekaligus Bapaknya.

Pada saat berburu Sangkuriang bertemu dengan seekor rusa, Sangkuriang teringat bahwa Ibunya sangat senang hati rusa. Akhirnya Sangkuriang menyuruh Tumang untuk mengejar rusa tersebut, namun Tumang kehilangan jejak rusa tersebut dan Sangkuriang menjadi marah karena Sangkuriang sangat ingin memberikan hati rusa kepada ibunya maka Sangkuriang membunuh Tumang untuk mengambil hatinya dan kemudian pulang.

Sesampainya Sangkuriang di rumah ia memberikan hati didapatkan dari berburu kepada Ibunya untuk di masak. Saat memakannya, Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan menanyakannya pada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab dengan wajah ketakutan "Tumang mati" Dayang Sumbi marah bukan dan memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi dan mengusirnya dari rumah.

Setelah kejadian itu Dayang Sumbi sangat menyesalinya, ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa hingga suatu hari sang dewata memberikan anugerah kepada Dayang Sumbi yaitu berupa kecantikan abadi dan tidak pernah tua. Setelah diusir Ibunya Sangkuriang berkelana keberbagai tempat, akhirnya Sangkuriang kembali lagi ketempat Dayang Sumbi kemudian kedua orang tersebut pun bertemu.

Sangkuriang akhirnya jatuh hati kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang pun melamar Dayang Sumbi dan Dayang Sumbi menerimanya. Pada saat sedang berduan Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala Sangkuriang dan menanyakannya kepada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab, "ini bekas luka akibat dipukul dengan sendok nasi oleh Ibunya." Mendengar pernyataan tersebut Dayang Sumbi kaget dan memberitahu sangkuriang bahwa dia adalah Ibunya namun sangkuriang tidak percaya dan tetap berniat menikahinya.

Dayang Sumbi mengajukan permintaan dia minta dibuatkan perahu layar dalam sehari tidak boleh lebih, Sangkuriang menyanggupinya dan Sangkuriang membendung sungai Citarum untuk tempat perahunya dalam pembuatannya Sangkuriang mendapatkan bantuan dari jin hasil taklukanya dalam perantauannya, karena bantuan dari jin perahu itu pun hampir selesai Dayang Sumbi memohon kepada Dewa.

Dayang Sumbi membuat ayam jago berkokok lebih awal, dan akhirnya berhasil jin yang membantu sangkuriang lari ketakutan dan meninggalkan sangkuriang sendirian. Karena kesal perahu itu ditendangnya dan terjatuh diatas gunung dan menyatu dengan gunung dan bernama Gunung Tangkuban Perahu, Sangkuriang akhirnya meninggal karena terjatuh kedalam sungai Citarum.

Cerita Rakyat Pendek: Malin Kundang

Alkisah di pinggir pesisir Sumatera Barat, hidup seorang janda bersama dengan anak kesayangannya yang bernama Malin.

Sejak ia menjadi janda karena ditinggal meninggal oleh suaminya, ia berjuang mati–matian menghidupi Malin. Hingga ketika Malin sudah mulai beranjak dewasa, ia mengutarakan keinginannya kepada sang ibu.

“Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin ingin menghasilkan banyak uang untuk Emak di sana agar Emak tidak perlu bekerja banting tulang sekeras ini lagi nanti”. Sedih, bercampur terharu, ibu Malin tidak kuasa menahan tangis.

Ia sebenarnya berat untuk mengizinkan anaknya merantau ke kota seberang, namun ia juga tak punya daya upaya untuk mencegah keinginan anaknya tersebut. Malin pun pergi merantau.

Ia melambaikan tangannya dengan wajah tersenyum. Ibu Malin pun berusaha ikhlas melepas kepergian anaknya ke kota seberang.

Berjanji akan sering pulang mengunjungi emaknya di kampung, nyatanya Malin tak kunjung pulang. Sudah berbulan – bulan dan bahkan bertahun-tahun Malin tak kunjung pulang. Sementara emaknya terus menerus menanti kedatangan anaknya di pesisir.

Setiap kali ada kapal layar lewat, ibu Malin selalu menanyakan tentang kabar anaknya tapi tak ada satu orang pun yang mengetahuinya.

Hingga suatu hari, ibu Malin dipanggil seorang nelayan yang mencari ikan. Ia berkata bahwa Malin sudah pulang dan membawa istrinya. Ibu Malin tentunya sangat senang bukan kepalang. Ia berlari ke pesisir dan melihat bahwa memang benar, sosok pria yang berpenampilan seperti bangsawan itu putranya.

“Malin, apa kabar kau nak? Ini emak” ucap ibu Malin sembari memeluk putera kesayangannya itu.

Namun tak disangka, respon Malin Kundang sangat tidak diharapkan. Ia bukannya berbalik memeluk ibunya, melainkan ia mendorong ibunya.

“Lepaskan aku! Siapa kau, aku tidak mengenalimu. Aku juga tidak punya ibu sepertimu."

Seperti disambar petir. Ibunya tentu tak menyangka bahwa anaknya kini sudah sangat berubah. Ia sudah bukan Malin anaknya yang dulu.

Mendapat perlakuan seperti itu, ibu Malin terus menerus menangis. Ia memang sedih dan marah, tapi ia juga tak bisa berbuat apapun. Ia pun pulang ke rumah dan mulai berdoa kepada Tuhan. Sumpah serapah pun diucapkan.

Ibunya menyumpahi si Malin Kundang, “Jika memang ia bukan anakku, aku ikhlas karena memang aku yang salah sudah memeluknya tadi. Tapi jika memang dia adalah Malin, anakku semoga dia mendapat balasan atas perbuatannya itu.”

Tiba-tiba, langit yang awalnya cerah berubah menjadi hitam pekat. Gemuruh pun terdengar menggelegar. Ombak pun pasang. Di laut, keadaannya sudah tidak karuan. Kapal layar yang ditumpangi oleh Malin Kundang terombang–ambing karena badai besar datang.

Kapal layar Malin pun segera terdampar. Malin pun tersadar bahwa mungkin ini adalah karma yang Tuhan beri setelah apa yang ia lakukan tadi kepada ibunya.

“Ibu, maafkan aku!” teriak Malin sia-sia karena tidak lama setelahnya, ombak menghantam kapal hingga tercecer dan badan Malin terhempas ke tepian dan akhirnya berubah menjadi batu.

Warga desa pun melihat hal tersebut. Ibu Malin yang mendengar kabar tersebut, menangis sekaligus tersadar bahwa kutukannya kemarin menjadi kenyataannya. Ibu Malin pun tahu bahwa memang benar pria berpakaian bangsawan itu adalah anaknya.

Cerita Rakyat Pendek: Keong Mas

Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai dua orang putri yang bernama Dewi Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra Kirana sudah ditunangkan oleh putra mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana. Tetapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Dewi Galuh sangat iri pada Candra Kirana, karena Dewi Galuh menaruh hati pada Raden Inu.

Dewi Galuh kemudian menemui nenek sihir untuk mengutuk Candra Kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga Candra Kirana diusir dari Istana. Ketika Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihir pun muncul dan menyihirnya menjadi keong emas dan membuangnya ke laut. Tetapi sihirnya akan hilang bila keong emas berjumpa dengan tunangannya.

Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas tersangkut. Keong Emas dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di laut tetapi tak seekor pun didapat. Tetapi ketika ia sampai di gubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan yang enak-enak. Sang nenek bertanya-tanya siapa yang mengirim masakan ini.

Begitu pula hari-hari berikutnya sang nenek menjalani kejadian serupa, maka karena penasaran, keesokan paginya nenek pura-pura ke laut, tetapi ia mengintip apa yang terjadi, dan ternyata keong emas berubah yang menjadi gadis cantik yang kemudian memasak. Kemudian nenek menegurnya, “Siapa gerangan kamu putri yang cantik?”. “Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri kepadaku,” jawab keong emas, dan kemudian Candra Kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya.

Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana menghilang. Ia pun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihir pun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal Raden Inu diberikan arah yang salah.

Di perjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik, ia pun menolong Raden Inu dari burung gagak itu.

Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu di mana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi ke Desa Dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia ke Desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tetapi ternyata ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak.

Akhirnya sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan Putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.

Baginda meminta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya, Dewi Galuh mendapat hukuman yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri ke hutan, di mana ia kemudian terperosok dan jatuh ke dalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung. Mereka memboyong nenek Dadapan yang baik hati itu ke istana dan mereka hidup bahagia.

Cerita Rakyat Pendek: Joko Kendil

Pada dahulu kala di wilayah terpencil di Jawa Tengah, ada seorang janda miskin. Ia memiliki anak laki-laki yang bentuknya mirip periuk untuk menanak nasi.

Di Jawa Tengah, periuk yang digunakan untuk menanak nasi disebut kendil. Karena, anak laki-laki itu mirip dengan kendil, maka ia dikenal dengan nama Joko Kendil.

Walaupun anaknya seperti kendil, tapi sang ibu tidak merasa malu maupun menyesal. Sebaliknya, ia bahkan menyayangi dengan tulus.

Saat masih kecil, Joko Kendil seperti anak-anak seusianya, ia seorang jenaka dan disenangi teman-temannya. Suatu hari ada pesta perkawinan di dekat desanya, diam-diam Joko Kendil menyelinap ke dapur.

Seorang ibu memuji keindahan kendil yang dapat menjadi tempat kue dan buah-buahan. Ia tidak tahu bahwa kendil yang dimaksud adalah manusia. Setelah terisi penuh, kendil yang tidak lain Joko Kendil secara perlahan menggelinding keluar.

Melihat kejadian itu, orang-orang yang melihat berteriak ajaib!. Lantas, mereka berebutan untuk memiliki kendil ajaib itu. Joko Kendil semakin cepat menggelinding dan pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Joko Kendil langsung menemui ibunya.

Ibunya heran karena Joko Kendil membawa kue yang sangat banyak. Lalu, Joko Kendil menceritakan kejadian yang baru dialaminya. Semua kue yang dibawa pulang bukan hasil mencuri melainkan pemberian ibu-ibu dalam pesta perkawinan.
Karena, kendil yang indah itu lebih tepat digunakan untuk menyimpan kue ketimbang untuk menanak nasi. Tahun demi tahun, Joko Kendil tumbuh semakin dewasa. Tapi, tubuhnya tidak berubah, ia tetap seperti kendil.

Suatu hari, Joko Kendil mengutarakan keinginannya menikah pada ibunya. Ibunya bingung, siapa yang mau menikah dengan anak berbentuk kendil. Ibunya semakin dibuat bingung, karena Joko Kendil hanya mau menikah dengan putri raja.
Ibu Joko Kendil menasehati anak laki-lakinya bahwa mereka orang miskin terlebih dengan bentuk tubuh kendil yang dimiliki Joko Kendil.

Namun, Joko Kendil tetap mendesak untuk dilamarkan dengan putri raja. Akhirnya pada hari yang ditentukan, Joko Kendil dan ibunya menghadap raja. Raja memiliki tiga orang putri yang cantik jelita.

Dengan hati-hati, ibu Joko Kendil menyampaikan maksudnya untuk melamar salah satu putri raja. Raja sangat terkejut, tapi dengan bijaksana ia menanyakan jawaban kepada ketiga putrinya. Berbagai macam jawaban yang diberikan putranya, yaitu Dewi Kantil, Dewi Mawar, dan Dewi Melati.

Dewi Kantil menyatakan tidak sudi menikah dengan Joko Kendil sebagai anak desa yang miskin. Dengan nada sombong, Dewi Mawar mengatakan ingin menikah dengan putra mahkota yang tampan. Saat pandangan raja berpaling pada Dewi Melati, putri raja ini meminta menerima lamaran Joko Kendil dengan sepenuh hati. Mendengar jawaban Dewi Melati yang mengagetkan, raja diam sejenak.

Tapi, raja yang bijaksana memenuhi janjinya dan merestui permintaan Dewi Melati. Kabar ini lalu disampaikan pada ibu Joko Kendil. Akhirnya perkawinan Dewi Melati dan Joko Kendil berlangsung meriah. Mereka pun hidup bahagia. Namun kebahagian itu terganggu dengan ejekan dan cemooh kedua kakaknya. Semua ejekan itu diterima dengan penuh kesabaran oleh Dewi Melati.

Suatu hari raja mengadakan lomba ketangkasan, namun Joko Kendil tidak terlihat dalam perlombaan itu karena sakit. Dewi Melati duduk sendirian. Sementara, penonton membahana melihat para pangeran dari berbagai negeri yang memperlihatkan keahliannya.

Tiba-tiba, penonton terpesona oleh seorang pangeran tampan yang gagah perkasa memasuki arena. Ia memakai pakaian kerajaan gemerlap dan menunggang kuda yang gagah perkasa.

Dewi Kantil dan Dewi mawar langsung terpesona dan berusaha menarik perhatian ksatria. Dengan lirikan matanya ke arah Dewi Melati, keduanya tampak mengejek adiknya yang duduk sendirian.

Karena tidak tahan ejekan kakaknya, Dewi Melati meninggalkan arena dan menuju kamarnya. Kemudian, ia menghancurkan kendil yang ada di kamarnya karena merasa ia selalu mendapat hinaan dengan adanya kendil tersebut. Setelah kendil hancur, muncul ksatria tampan persis seperti di arena perlombaan.

Dewi Melati kaget dan menanyakan keberadaan ksatria tampan itu. Ternyata ksatria tampan adalah Joko Kendil, yang tubuhnya berbentuk kendil atas kehendak dewa. Tubuhnya akan kembali seperti semula, jika ada putri raja yang tulus bersedia menikahinya.

Dewi Melati takjub mendengar cerita suaminya dan langsung memeluknya. Sementara, Dewi Kantil dan Dewi Mawar merasa malu dan iri atas keberuntungan adiknya.

Cerita Rakyat Pendek: Danau Toba

Kisah tentang legenda Danau Toba ini bermula dari seorang pemuda yatim piatu bernama Toba. Ia merupakan seorang petani ladang. Terkadang ia juga mencari ikan di sungai dekat rumahnya untuk dijual di pasar.

Suatu hari, ia memancing ikan di sungai dan tak beberapa lama kemudian mata kail alat pancingnya dimakan ikan. Ia angkat dan benar saja, Toba menangkap ikan emas berukuran besar. Toba pun membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, tiba – tiba ikan yang ia bawa berubah menjadi seorang perempuan cantik dan berkata, “Tuan, aku adalah seseorang yang mendapat kutukan dari Dewa karena melanggar aturan. Aku akan berubah menjadi apa saja ketika ada orang yang menyentuhku. Tolong tuan, beri aku tempat tinggal”.

Toba yang masih tercengang pun menyetujui permintaan tolong perempuan cantik itu. Mereka saling berkenalan dan akhirnya Toba pun jatuh cinta padanya. Toba pun menikahi perempuan cantik tersebut dan ia resmi menjadi istri Toba.

Hari–hari dilalui mereka dengan gembira. Suatu hari, sang istri hamil. Ia pun menyampaikan kehamilannya kepada Toba, sang suami. Sang istri pun mengajukan syarat kepada Toba dan Toba harus mematuhi syarat tersebut.

Syarat tersebut adalah bahwa apapun yang terjadi nanti ketika anak mereka lahir, Toba tidak boleh sekalipun memanggil anaknya dengan sebutan anak ikan. Semarah apapun Toba pada sang anak, ia tak boleh memarahi anaknya dengan menyebut asal usul ibunya.

Toba menyetujui persyaratan tersebut. Suatu hari, sang anak pun lahir. Ternyata sang istri melahirkan anak laki – laki. Toba sangat bersuka cita dengan kelahiran anak pertamanya itu. Toba pun memberikan anaknya nama Samosir.

Samosir tumbuh menjadi anak yang sehat. Hanya saja sayangnya, Samosir sedikit pemalas. Bahkan ketika dimintai tolong oleh ibunya untuk mengantar makanan ke ladang ayahnya, Samosir seringkali menolaknya.

Hingga pada suatu hari, Samosir dipaksa oleh ibunya untuk mengantarkan makan siang kepada ayahnya. Dengan wajah malas dan dengan berjalan secara enggan, ia pun berangkat ke ladang. Hanya saja di tengah perjalanan, Samosir merasa sangat lapar dan ia pun memutuskan berhenti sejenak untuk memakan bekal yang dibawanya. Padahal sebenarnya bekal tersebut untuk sang ayah.

Samosir tidak menghabiskan bekal tersebut. Dia masih menyisakan sedikit untuk ayahnya. Kemudian sesampainya ia di ladang, Samosir memberikan bekal sisa tersebut kepada sang ayah.

Toba yang sudah lelah bekerja dari pagi dan merasa sangat lapar pun akhirnya membuka bekal yang dibawa Samosir. Betapa terkejut dan marahnya Toba saat melihat makan siangnya tinggal makanan sisa dan sedikit saja.

Samosir pun menjelaskan bahwa di perjalanan ke ladang, ia merasa sangat lapar sehingga memutuskan untuk memakan bekal ayahnya tersebut. Toba yang lapar dan tidak bisa menahan emosinya akhirnya marah kepada Samosir dan berkata,

“Dasar kau anak ikan!”.

Samosir yang mendengarkan perkataan Toba pun sangat terkejut dengan perkataan ayahnya itu. Ia pun berlari pulang ke rumah sambil menangis. Ketika sampai di rumah, Samosir bercerita tentang dirinya yang melanggar aturan atau syarat dari sang istri.

Istri Toba tentu sangat sedih dan kecewa karena suaminya itu sudah melanggar janji yang dipersyaratkan sang istri.

Beberapa saat kemudian, Samosir dan ibunya menghilang. Kemudian tanah yang dipijak oleh Toba menyemburkan air besar hingga membentuk suatu danau.

Danau tersebut yang diberi nama sebagai Danau Toba. Kemudian pulau kecil di tengahnya yang dipercaya merupakan tempat Samosir dan ibunya menghilang diberi nama Pulau Samosir. Di danau ini pula dipercaya hidup ikan emas Ajaib yang merupakan jelmaan istri Toba.

Itulah sederet cerita rakyat pendek yang masih populer sampai sekarang. Kebenarannya legenda tersebut tergantung dari pembaca masing-masing. Sementara itu, kita juga bisa membacanya semata-mata untuk hiburan. Semoga bermanfaat.