Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut persepsi pandemi Covid-19 telah usai adalah salah arah. Memang jumlah kasus menurun 90% dari puncaknya pada Januari lalu. Namun, transmisi virus SARS-CoV-2 dilaporkan meningkat di banyak negara.
Situasi tersebut terjadi karena pengujian dan pengurutan tes Covid-19 telah menurun di seluruh dunia. Risiko varian baru, menurut dia, tetap nyata dan lebih berbahaya. Apalagi masih ada 40% populasi dunia belum menerima vaksinasi. Hal ini ia sampaikan pada pertemuan The 1st Health Minister Meeting (HMM) di Yogyakarta, Senin (20/6).
Dalam pertemuan pertama menteri kesehatan anggota G20 (The First G20 Health Minister Meeting) itu, WHO mendorong terbentuknya dana perantara keuangan atau financial intermediary fund (FIF) untuk bidang kesehatan. Pembentukannya untuk membantu negara yang membutuhkan dana saat terjadi pandemi di masa depan.
Hingga kini, G20 telah mendorong komitmen penggalangan dana darurat sekitar US$ 1,2 miliar (sekitar Rp 17,7 triliun) dari lima negara anggota dan satu organisasi sosial. Amerika Serikat menyumbang US$ 450 juta, Uni Eropa US$ 450 juta, Jerman US$ 52,7 juta, Indonesia US$ 50 juta, Singapura US$ 10 juta, dan Wellcome Trust US$ 12,3 juta.
Tedros memperkirakan kebutuhan finansial untuk memperkuat keamanan kesehatan global berkisar US$ 31 miliar per tahun. Dua per tiga dari nilai itu berasal dari sumber daya yang ada. Masih ada kebutuhan dana US$ 10 miliar per tahun untuk sisanya yang dapat ditutup dengan FIF.
Dalam pertemuan tersebut Tedros tampil mengenakan batik. Motifnya adalah sayap, yang berarti ketenangan. “Saya suka,” katanya saat memulai konferensi pers.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.