Nilai tukar rupiah terus melemah selama pekan ini. Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (20/10), angkanya di Rp 15.572 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah telah terkoreksi 9,2% dibandingkan akhir tahun lalu. Posisinya juga melemah 3,9% dalams ebulan terakhir.

Pelemahan rupiah ini diperkirakan dapat berdampak ke sektor-sektor usaha yang berorientasi impor. Perusahaan yang memiliki terekspos utang berbentuk dolar AS juga akan merasakan imbasnya. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, depresiasi rupiah tidak berdampak pada kondisi perbankan dan korporasi. Pasalnya, nilai utang luar negeri korporasi Indonesia terus menurun. 

Posisi utang swasta saat ini sekitar Rp 204,1 miliar, terendah selama pandemi Covid-19. Hal ini mencerminkan sektor korporasi sedang berhati-hati dalam menarik utang. Sebaya upaya memitigasi pelemahan rupiah, BI terus melakukan stabilisasi. Salah satunya, dengan mengerek suku bunga acuan 125 basis poin sejak Agustus lalu.