Transformasi Digital untuk Menopang Revolusi Industri 4.0
Pandemi Covid-19 telah memaksa seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan layanan digital. Adopsi dan disrupsi teknologi digital kini terjadi tak hanya pada lingkaran kota-kota besar saja, tetapi juga hingga ke daerah.
Menariknya, situasi pandemi menciptakan pertumbuhan adopsi digital yang luar biasa di Indonesia. Semua pihak dipaksa beradaptasi dengan kebiasaan baru yang bertumpu kepada teknologi digital. Adaptasi digital yang seharusnya dapat tercapai dalam 3-5 tahun, justru terealisasi dalam 1 tahun saja.
Jauh sebelum pandemi terjadi, sebetulnya Indonesia tengah mempersiapkan diri memasuki era Revolusi Industri 4.0. Indonesia telah berupaya mendorong kecakapan digital yang lebih luas ke berbagai sektor dan meningkatkan daya saingnya di kancah global.
Namun demikian, perjalanan Indonesia dalam peningkatan daya saing kapasitas digital masyarakatnya masih panjang. Hal ini tidak terlepas dari mengacu pada penilaian International Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Ranking 2020, peringkat daya saing Indonesia turun ke 40 dari posisi 32 terhadap 63 negara di tahun sebelumnya.
Pandemi membuat masyarakat Indonesia semakin familiar dengan konsep berbelanja online, bertransaksi keuangan online, hingga belajar online. Siapa yang menyangka kalau Zoom, Google Meet, dan aplikasi teknologi pendidikan (edtech) bakal begitu populer di 2020?
Hal tersebut menunjukkan bagaimana teknologi digital tidak hanya berperan signifikan dalam kehidupan sehari-hari, namun juga menjadi solusi terhadap berbagai pembatasan fisik yang diimplementasikan untuk menekan penyebaran mata rantai Covid-19.
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa, pandemi Covid-19 justru membantu Indonesia mengakselerasi transformasi digital. Fenomena percepatan ini menjadi awal yang baik karena masyarakat pun familiar dengan teknologi digital.
“Kita telah berusaha bermigrasi ke cara-cara baru di era Revolusi Industri 4.0 agar bisa bekerja lebih efektif, lebih efisien, dan lebih produktif. Pandemi membuat akselerasi inovasi semakin menyatu dalam keseharian kita,” ujarnya saat melakukan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD 2021, Senin (16/08).
Urgensi persiapan menghadapi revolusi industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 merupakan transformasi menyeluruh di mana kombinasi antara sistem cerdas dan otomasi ikut campur dalam aktivitas industri. Teknologi terlibat dalam proses pengaplikasian sehingga dapat mengurangi tenaga kerja manusia.
Tujuan utamanya tak lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas lingkungan kerja. Beberapa pilar utama dalam Revolusi Industri 4.0, yaitu Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), dan Cloud Computing.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, pemerintah ingin memperkuat pondasi digital Indonesia di berbagai sektor, mulai dari keuangan digital, perbankan digital, e-commerce, pariwisata, hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Oleh karena itu, transformasi digital hadir sebagai salah satu solusi untuk mendorong pemulihan kondisi ekonomi Indonesia pasca-pandemi. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana teknologi digital menjadi salah satu elemen kunci yang dapat mengupayakan pertumbuhan berkelanjutan.
Bentuk komitmen Indonesia dalam transformasi digital ini tertuang dalam peta jalan (roadmap) Making Indonesia 4.0. Peta jalan ini memuat sejumlah langkah strategis untuk mempersiapkan Indonesia di era Industri 4.0. Selain itu, peta jalan ini menjadi acuan untuk mengkolaborasikan elemen pemerintah, pelaku industri, hingga akademisi.
Ada 10 prioritas nasional yang ditetapkan pada roadmap Making Indonesia 4.0. Berdasarkan informasi dari Kementerian Perindustrian, prioritas tersebut antara lain perbaikan alur aliran barang dan material, mendesain ulang zona industri, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan, serta memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Prioritas lainnya ialah membangun infrastruktur digital nasional, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, dan harmonisasi aturan dan kebijakan.
Terkait infrastruktur digital, beberapa di antaranya sudah mulai berjalan. Misalnya, pembangunan infrastruktur jaringan 5G, fiber optic berkecepatan 1Gbps, pusat data nasional (data center), dan komputasi awan (cloud). Operator Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata bahkan sudah meluncurkan 5G secara bertahap di beberapa kota.
Pada poin prioritas lainnya, pemerintah melibatkan ekosistem platform digital untuk membantu percepatan transformasi digital. Salah satunya ialah pelibatan platform edtech untuk membantu kegiatan belajar-mengajar (KBM) di rumah dan platform healthtech untuk mengakomodasi kebutuhan tes PCR dan vaksinasi Covid-19.
Sejumlah platform digital juga mulai agresif memberdayakan UMKM dengan memberikan fasilitas permodalan, logistik, dan e-commerce.
Selain agenda besar di atas, pemerintah juga menginisiasi berbagai program penyiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi era disrupsi teknologi. Salah satunya ialah Program Literasi Digital Nasional yang digagas oleh Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital.
Dalam program tersebut, digelar berbagai pelatihan di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat, khususnya orang tua dan guru, terhadap teknologi digital.
Seluruh upaya untuk mendukung percepatan transformasi digital ini diharapkan dapat mempersiapkan masyarakat Indonesia Menyongsong era Revolusi Industri 4.0. Teknologi merupakan keniscayaan yang akan selalu berkembang cepat. Di sini kita dituntut untuk cepat beradaptasi mengikuti perkembangannya.
Informasi lebih lanjut tentang literasi digital dapat diakses melalui info.literasidigital.id.